Pertumbuhan Ekonomi Lesu, Pemerintah Siapkan Stimulus Baru

JAKARTA – Pemerintah terus berupaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tekanan global yang memengaruhi kinerja ekonomi pada kuartal II-2025. Meskipun pertumbuhan pada kuartal I hanya tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), pemerintah menargetkan laju pertumbuhan tahunan tetap bisa mencapai 5,2 persen.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyatakan bahwa kondisi global yang tidak menentu menjadi tantangan besar bagi seluruh negara, termasuk Indonesia.

“Karena memang situasi globalnya seperti ini, terus banyak hal kan tidak Indonesia saja semua negara juga (mengalami tekanan),” kata Susiwijono saat ditemui di kawasan Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (4/8/2025).

Meskipun belum merinci berapa angka pertumbuhan pada kuartal II, pemerintah memastikan akan memperkuat pertumbuhan di dua kuartal terakhir tahun ini dengan serangkaian kebijakan pemulihan ekonomi.

“Full yearnya akan kita dorong betul supaya tetap di targetnya 5,2% untuk satu tahun. Kita masih ada kuartal III-IV, lah kita sudah siapkan banyak hal, karena kita masih yakin mudah-mudahan di kuartal III-IV bisa kita dorong,” tegasnya.

Berbagai insentif telah dipersiapkan untuk meningkatkan daya beli masyarakat mulai paruh kedua tahun ini. Paket stimulus itu mencakup program bundling wisata dan penyelenggaraan event nasional, pemberian insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) untuk tiket pesawat, serta potongan harga moda transportasi darat dan laut.

“Tapi tidak hanya belanja pemerintah, kan kita tetap share paling besar kan konsumsi, jadi supply demand kan sudah kita siapkan semua. Jadi mulai dari sisi demand supply tiap kuartal kita dorong terus mudah-mudahan masih cukup lah dan globalnya ini mudah-mudahan mulai agak kondusif kan,” ujarnya.

Sementara itu, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II cenderung lebih lambat. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David, menyebut pertumbuhan hanya akan berada di kisaran 4,69 hingga 4,81 persen yoy. Ia menilai, belanja masyarakat dan pengeluaran pemerintah selama April hingga Mei belum menunjukkan perbaikan signifikan.

David juga menyoroti lemahnya sektor manufaktur serta harga komoditas yang belum pulih, termasuk batubara, yang berdampak pada perlambatan pertumbuhan.

Di sisi lain, Mohammad Faisal dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai bahwa tekanan terhadap konsumsi rumah tangga akibat turunnya daya beli masyarakat menjadi penyebab utama perlambatan ekonomi pada kuartal II.

“Proyeksi kami memang di bawah pertumbuhan kuartal I, di kisaran 4,7-4,8%. Penyebab perlambatannya itu memang di konsumsi rumah tangga, di kisaran 4,75-4,85%,” ucap Faisal.

Faisal juga menambahkan bahwa kinerja ekspor belum optimal dan kontribusi belanja pemerintah belum mampu memberikan dorongan yang kuat. Meskipun sektor investasi menunjukkan tanda-tanda perbaikan, hal tersebut belum cukup mengimbangi sektor lainnya yang masih lemah.

Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, memperkirakan pertumbuhan kuartal II hanya sekitar 4,5 hingga 4,7 persen yoy. Ia menyebut tidak adanya faktor musiman seperti Lebaran menjadi salah satu penyebab utama.

“Dan daya beli sedang lesu, PMI Manufaktur juga terkontraksi, sementara lapangan kerja ekspektasinya melemah. Bahkan sebagian industri tengah bersiap efisiensi besar-besaran terimbas tarif AS dan lonjakan impor produk dari AS,” tegas Bhima.

Ia menyimpulkan bahwa kombinasi tekanan eksternal dan tantangan domestik telah menciptakan situasi sulit yang disebutnya sebagai “perfect storm”, dan dua kuartal ke depan diprediksi akan menjadi periode yang lebih berat bagi perekonomian nasional.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com