Seorang pria berjalan di depan papan kutipan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Nikkei di Bursa Efek Tokyo pada 13 Agustus 2025. (Foto oleh Kazuhiro NOGI / AFP) A man walks in front of an electronic quotation board displaying the Nikkei Stock Average on the Tokyo Stock Exchange in Tokyo on August 13, 2025. (Photo by Kazuhiro NOGI / AFP)

Saham Teknologi Ambruk, Asia Kena Imbas

TOKYO – Pasar saham Asia kembali bergerak melemah pada Rabu (20/08/2025) pagi, mengikuti jejak penurunan tajam di Wall Street sehari sebelumnya. Kekhawatiran investor kian meningkat, terutama karena tekanan yang menimpa raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), sementara ekspektasi terhadap sinyal penurunan suku bunga dari The Federal Reserve masih menunggu kepastian.

Situasi pasar juga dipengaruhi dinamika geopolitik. Sehari sebelumnya, sejumlah pemimpin militer Amerika Serikat dan Eropa berkumpul di Washington untuk membahas kemungkinan mekanisme kesepakatan damai bagi Ukraina. Upaya diplomatik untuk meredakan konflik terus berjalan setelah pertemuan berisiko tinggi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. Perhatian dunia kini tertuju pada kemungkinan pertemuan langsung antara Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang menyatakan kesiapannya bertemu.

Ketidakpastian itu turut mengguncang pasar minyak. Setelah sempat menguat pada Senin, harga minyak terkoreksi pada Selasa, memperlihatkan volatilitas yang sulit diprediksi.

Di bursa Asia, indeks Nikkei Tokyo merosot tajam, disusul pelemahan di Hong Kong, Seoul, Taipei, dan Bangkok. Namun, pasar saham di Shanghai, Sydney, dan Manila justru bergerak positif. Penurunan tajam ini menyusul aksi jual saham teknologi besar di Wall Street. Perusahaan seperti Nvidia, Palantir, dan Oracle tercatat mengalami kehilangan pangsa pasar signifikan.

Kekhawatiran investor makin bertambah dengan adanya tarif ketat yang diberlakukan Presiden Trump terhadap mitra dagang utama AS. Kondisi tersebut menimbulkan tekanan tambahan bagi perekonomian global yang tengah berjuang menghadapi ketidakpastian.

Data resmi pada Rabu menunjukkan ekspor Jepang anjlok tajam pada bulan lalu, menjadi yang terbesar dalam empat tahun terakhir. Kondisi itu menambah beban pasar Asia yang sudah rentan.

Sementara itu, perhatian kini beralih ke pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang dijadwalkan pada Jumat mendatang di Jackson Hole, Wyoming. Investor berharap Powell memberikan sinyal lebih jelas terkait peluang pemangkasan suku bunga dalam rapat kebijakan September mendatang. “Pidato Powell di Wyoming dibingkai sebagai aksi yang menegangkan,” tulis Stephen Innes dari SPI Asset Management.

Ia memperingatkan bahwa jika terlalu dovish, pasar bisa khawatir pada risiko inflasi jangka panjang. Namun jika terlalu tegas, langkah itu berpotensi menekan pasar saham yang sudah berada dalam posisi rapuh.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com