UMKM Yogyakarta Tembus Pasar Jepang, Singapura, dan Uni Emirat Arab

YOGYAKARTA – Produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) asal Yogyakarta semakin menunjukkan eksistensinya di pasar global. Berbagai karya mulai dari kerajinan tangan hingga produk olahan susu kini tidak hanya laris di dalam negeri, tetapi juga diminati konsumen mancanegara.

Salah satu kisah sukses datang dari Joglo Ayu Tenan, ruang produksi yang digagas Rahayu Dwiastuti atau akrab disapa Yayuk. Sejak berdiri tahun 2015 di Pogung Baru, Sleman, Yayuk mengembangkan jewelry & artfabric makerspace dengan menggandeng komunitas, pengrajin lokal, hingga kelompok difabel. Hasil kolaborasi ini melahirkan beragam produk, mulai dari anting, bros, kalung, cincin, hingga tenun set.

“Dengan material semuanya ramah lingkungan, dan kami sudah mendapat sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” kata Yayuk di Yogyakarta, Kamis (21/08/2025).

Untuk memperkuat nilai produk, Yayuk menyertakan kartu inspirasi di setiap item yang menjelaskan siapa pembuatnya, bahan yang digunakan, hingga budaya yang melatarbelakangi desainnya. “Ketika kami angkat cerita pembuatannya, seperti dari budaya mana, menggunakan teknik apa, customer kami bahagia karena merasa ikut merawat tradisi dan menghidupkan sang pengerajin,” ujarnya.

Dengan modal awal Rp 1 juta, produknya kini dipasarkan hingga Singapura dan Jepang dengan harga Rp 75 ribu sampai Rp 1 juta. Tahun ini Yayuk bahkan telah menandatangani Letter of Intent dengan pembeli dari Jepang untuk 20 jenis produk yang akan dikirim pada 2026, serta 30 item lain untuk pasar Singapura. “Kami kapasitas produksinya sekitar 500 pieces mix product, dengan market kami sampai ke Jepang dan Singapura sekarang,” jelasnya.

Tak hanya produk kerajinan, UMKM dari sektor pangan juga merambah luar negeri. Sweet Sundae, merek produk olahan susu milik Yuki Rahmayati, berhasil menembus pasar Uni Emirat Arab dengan nilai ekspor Rp 439 juta. “Itu baru banget kemarin kami lepas di angka Rp 439 juta ekspornya,” ungkap Yuki.

Sweet Sundae memproduksi susu olahan dari pasokan 152 peternak lokal dengan kapasitas harian 4,5 ton. Produknya pun telah mengantongi beragam sertifikasi seperti HACCP, SNI, ISO 9001:2015, BPOM, Halal, dan NKV. Jenis produknya bervariasi, mulai dari susu kental, evaporasi, keju mozzarella, yoghurt, hingga bubuk es krim.

Selain pasar ekspor, produk Sweet Sundae juga dipakai dalam program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan pasokan ribuan kotak susu ke sekolah-sekolah. Bahkan, perusahaan ini mendapat jatah pemeliharaan khusus 2.000 ekor sapi hingga 2029.

Menurut Yuki, 80 persen produk Sweet Sundae masih diserap pasar domestik terutama Jawa dan Bali, sementara 20 persen sisanya untuk ekspor. “Jadi yang paling tinggi sekarang memang kita untuk susu itu, susu untuk supply MBG, sama gelato untuk pariwisata,” katanya.

Keberhasilan dua UMKM tersebut menegaskan bahwa produk lokal Yogyakarta memiliki daya saing tinggi, baik di pasar dalam negeri maupun mancanegara.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com