Fenomena Buzzer di Indonesia Dinilai Sudah Jadi Industri

JAKARTA – Fenomena pendengung atau buzzer di media sosial dinilai telah berkembang menjadi industri tersendiri di Indonesia. Hal itu diungkapkan antropolog politik komparatif University of Amsterdam, Ward Berenschot, dalam sebuah workshop yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jumat (22/08/2025) lalu.

Ward menjelaskan, riset yang ia lakukan bersama tim selama sekitar lima tahun terakhir menyoroti kejahatan siber di Indonesia. “Kami sudah sekitar lima tahun melakukan riset tentang fenomena kejahatan siber di Indonesia,” ujarnya. Penelitian tersebut melibatkan wawancara dengan sejumlah orang yang berprofesi sebagai buzzer, mempelajari cara kerja mereka, hingga menelusuri aliran dana yang menopang aktivitas tersebut.

Menurutnya, temuan itu menunjukkan bahwa buzzer bukan lagi sekadar fenomena individual, melainkan telah berubah menjadi industri yang melibatkan banyak pihak. “Temuannya memang [buzzer] menjadi industri karena justru banyak elite politik, elite bisnis yang mendanai tentara siber tersebut untuk memengaruhi opini publik di media sosial,” katanya.

Ward menekankan pentingnya kesadaran publik atas dampak yang ditimbulkan dari praktik ini. Ia berpendapat, pemerintah Indonesia perlu menetapkan regulasi untuk mengendalikan bahkan menghentikan fenomena buzzer. “Pemilik suatu akun media sosial harus jujur ketika unggahannya dibayar, harus transparan,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor IV Undip, Wijayanto, memaparkan alasan mengapa penelitian ini relevan dilakukan di Indonesia. Menurutnya, jumlah pengguna media sosial yang sangat besar, ditambah dengan sistem pemilihan langsung, membuat ruang digital di Indonesia rentan terhadap manipulasi opini publik.

Berdasarkan hasil penelitian itu, Wijayanto menyimpulkan perlunya langkah konkret untuk memperkuat literasi digital dan etika politik, termasuk transparansi dari pihak penyedia platform digital. “Kita harus membantu memastikan ruang publik bebas dari kabar bohong dan tidak mudah dimanipulasi,” katanya.

Diskusi yang digelar di Undip ini menyoroti betapa pentingnya menjaga ruang digital tetap sehat, khususnya di tengah dinamika politik dan ekonomi nasional. Riset yang dipaparkan Ward Berenschot menunjukkan bagaimana media sosial, yang awalnya menjadi ruang demokratis untuk menyalurkan aspirasi, kini justru berpotensi menjadi alat yang dikendalikan oleh kepentingan tertentu.

Isu tentang buzzer kian menjadi perhatian publik karena berkaitan langsung dengan kualitas demokrasi dan kebebasan berpendapat. Temuan akademis ini diharapkan tidak hanya mendorong lahirnya regulasi yang lebih tegas, tetapi juga meningkatkan kewaspadaan masyarakat dalam menyaring informasi yang mereka terima setiap hari.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com