Armani Tiada, Masa Depan Rumah Mode Italia Jadi Sorotan

MILAN – Dunia mode kehilangan salah satu ikon terbesarnya. Giorgio Armani, desainer legendaris asal Italia, meninggal dunia pada usia 91 tahun pada Kamis (04/09/2025). Pendiri rumah mode Armani Group itu menghembuskan napas terakhir di Milan, dikelilingi orang-orang terkasih, meninggalkan duka mendalam bagi industri fesyen global.

“Il Signor Armani, begitu dia selalu dipanggil dengan hormat dan penuh kekaguman oleh para karyawan dan kolaborator, meninggal dunia dengan tenang, dikelilingi oleh orang-orang terkasih,” demikian pernyataan resmi Armani Group. “Tak kenal lelah hingga akhir hayatnya, dia bekerja hingga akhir hayatnya, mendedikasikan dirinya untuk perusahaan, koleksi-koleksinya, dan berbagai proyek yang sedang dan akan datang.”

Dengan kekayaan mencapai lebih dari USD12,1 miliar (setara Rp198 triliun), Armani bukan hanya seorang desainer, tetapi juga simbol kesuksesan bisnis. Namun, berbeda dari banyak miliarder lain, ia tidak memiliki anak kandung yang akan langsung mewarisi kerajaannya. Hal itu membuat publik bertanya-tanya: siapa penerus dari imperium fesyen yang telah ia bangun selama lebih dari setengah abad?

Armani dikenal sebagai pekerja keras yang mengatur setiap detail, dari peragaan busana hingga tata ruang interior rumah-rumahnya di berbagai belahan dunia. “Kelemahan terbesar saya adalah saya mengendalikan segalanya,” katanya dalam salah satu wawancara terakhirnya. Bahkan di usia senja, ia tetap menolak untuk benar-benar melepaskan kendali.

Armani terbuka soal rencana suksesi. Ia menyebut bahwa tongkat estafet perusahaannya kelak akan dipegang anggota keluarga terdekat, termasuk keponakan perempuan dan laki-lakinya. “Rencana suksesi saya terdiri dari transisi bertahap tanggung jawab yang selalu saya tangani kepada orang-orang terdekat saya. Saya ingin suksesi ini bersifat organik dan bukan momen yang tiba-tiba,” ungkapnya.

Meski identik dengan kemewahan, kehidupan pribadi Armani justru sarat kesederhanaan. Ia mencintai alam dan lebih memilih tempat-tempat tenang untuk beristirahat dibanding pesta mewah yang sering dikaitkan dengan kalangan jet set.

Armani membeli rumah di Pantelleria, sebuah pulau di Italia yang dahulu bahkan belum memiliki listrik. “Saya tinggal di sini ketika tidak ada listrik di pulau itu. Anda harus memompa air sendiri,” kenangnya dalam wawancara bersama Condé Nast Traveler pada 2016.

Meski begitu, ia menyulap tujuh rumah yang dimilikinya di pulau itu menjadi hunian elegan bergaya khas Armani, tanpa mengubah karakter asli Pantelleria. “Saya merasa seperti penduduk lokal di sini,” ujarnya.

Ia juga memiliki vila di Saint Tropez, apartemen di New York, hingga properti mewah di Pulau Antigua, Karibia. Di sana, ia membeli dua vila yang dinamai Villa Flower dan Villa Serena, lengkap dengan spa, pusat kebugaran, dan desain interior dari labelnya sendiri, Armani Casa. Rumah-rumah tersebut menjadi saksi betapa kecintaan Armani pada desain melampaui dunia catwalk.

Giorgio Armani tidak hanya meninggalkan harta berupa properti, kapal pesiar, maupun koleksi pribadi. Ia meninggalkan sesuatu yang jauh lebih besar: filosofi desain yang mengubah wajah fesyen dunia. Sejak mendirikan labelnya pada 1975, Armani dikenal sebagai pelopor gaya minimalis elegan yang kemudian menjadi standar industri fesyen internasional.

Ia mempopulerkan jas tanpa bantalan bahu besar yang memberi kesan rileks namun tetap berkelas, gaya yang kemudian mendominasi mode pria pada era 1980-an. Di dunia hiburan, karyanya dikenakan para bintang Hollywood dalam film hingga ajang Academy Awards, menjadikan Armani identik dengan busana karpet merah.

Armani juga dikenang karena disiplin dan gaya hidup sehat. Ia jarang tampil di pesta malam, memilih bekerja dari pagi hingga larut malam, dan menjaga pola hidup sederhana. Meski diguyur kekayaan, ia menolak glamor berlebihan. “Lupakan jet set, pesta, orang-orang keren, dan malam hingga dini hari. Mereka tidak ada. Dan tidak ada yang menginginkan mereka di sini,” katanya suatu kali.

Dalam banyak kesempatan, ia menunjukkan kepedulian pada pekerja dan lingkungannya. Karyawannya memanggilnya dengan penuh rasa hormat: Il Signor Armani. Julukan itu bukan hanya karena posisinya sebagai pendiri perusahaan, tetapi karena sikapnya yang hangat sekaligus tegas.

Kepergian Giorgio Armani menandai berakhirnya satu era dalam dunia mode. Namun, warisan yang ia tinggalkan akan terus hidup, baik melalui rancangan yang telah ia buat, filosofi kesederhanaan elegan yang ia tanamkan, maupun perusahaannya yang kini menjadi salah satu label fesyen paling berpengaruh di dunia.

Meski publik masih menantikan siapa yang akan benar-benar mengendalikan imperium fesyen itu, satu hal yang jelas: nama Armani akan tetap menjadi simbol keanggunan, disiplin, dan inovasi dalam sejarah mode global. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com