DK PBB Kecam Serangan Israel ke Doha, Minta Ketegangan Diturunkan

WASHINGTON DC – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam serangan udara Israel terhadap ibu kota Qatar, Doha, yang terjadi dua hari sebelumnya. Dalam pernyataan bersama yang disepakati 15 anggota, termasuk Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel, DK PBB mendesak agar ketegangan segera diturunkan.

Pernyataan itu dikeluarkan sebelum sidang darurat yang membahas serangan Israel yang menyasar pimpinan Hamas di Doha, bersamaan dengan meningkatnya ofensif di Kota Gaza yang memaksa lebih dari 200.000 orang mengungsi. Lima anggota Hamas tewas dalam serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut, sementara pemimpin utama kelompok itu dilaporkan selamat. Seorang anggota pasukan keamanan Qatar turut menjadi korban.

Insiden itu terjadi ketika para pejabat Hamas sedang membahas usulan kesepakatan baru yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. “Para anggota dewan menekankan pentingnya langkah-langkah deeskalasi dan menyatakan solidaritas dengan Qatar,” demikian bunyi pernyataan yang disusun Prancis dan Inggris. Namun, naskah tersebut tidak secara eksplisit menyebut nama Israel.

DK PBB juga menyoroti pentingnya pembebasan sandera, termasuk mereka yang dibunuh oleh Hamas, serta penghentian perang dan penderitaan di Gaza. Saat ini lebih dari 40 orang masih ditahan di Gaza, namun diyakini hanya separuh dari mereka yang masih hidup.

Amerika Serikat, yang selama ini kerap melindungi Israel di forum PBB, kali ini menunjukkan teguran keras. Pejabat sementara AS di PBB, Dorothy Shea, mengatakan, “Pemboman sepihak di dalam wilayah Qatar, sebuah negara berdaulat yang bekerja keras dan berani mengambil risiko bersama Amerika Serikat untuk menengahi perdamaian, tidak membantu tujuan Israel maupun Amerika.” Ia menambahkan, “Namun demikian, tidak tepat jika ada pihak yang menggunakan hal ini untuk meragukan komitmen Israel membawa pulang sandera mereka.”

Reporter Al Jazeera, Gabriel Elizondo, melaporkan dari New York bahwa sumber diplomatik menyebut AS sempat menahan penggunaan bahasa yang lebih keras terhadap Israel dalam pernyataan itu, meski dokumen tersebut tetap dinilai “sangat penting”. Shea juga menegaskan, “AS tidak bisa dan tidak akan membela serangan Israel terhadap Qatar.”

Menurut Elizondo, sikap itu mencerminkan batas kesabaran Washington. “AS jelas masih mendukung Israel dan akan tetap melindunginya di DK PBB, tetapi kali ini sudah melewati batas bagi Amerika,” ujarnya.

Gedung Putih sebelumnya menyampaikan bahwa Presiden Trump tidak diberi tahu lebih dulu tentang rencana serangan. Setelah menerima laporan, ia disebut meminta utusannya, Steve Witkoff, agar segera memperingatkan Doha, tetapi operasi sudah berlangsung.

Dalam sesi maraton selama tiga jam, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, menegaskan Doha akan terus menjalankan upaya kemanusiaan dan diplomasi, namun tidak akan mentoleransi pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya. Ia mengecam pimpinan Israel yang dinilainya “angkuh” dan mengatakan waktu serangan itu menunjukkan niat menggagalkan proses mediasi. “Israel secara gegabah merusak stabilitas kawasan,” katanya.

Pejabat PBB untuk urusan politik, Rosemary DiCarlo, menyebut Qatar sebagai “mitra berharga dalam upaya perdamaian” dan menilai serangan tersebut sebagai “eskalasi yang mengkhawatirkan”. Ia mengingatkan bahwa perang Israel di Gaza telah menewaskan puluhan ribu orang dan hampir meluluhlantakkan wilayah itu, sementara situasi di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, “terus memburuk”. DiCarlo juga menyinggung ketegangan lain yang melibatkan Israel di Iran, Lebanon, Suriah, dan Yaman. “Serangan Israel di Doha berpotensi membuka babak baru yang berbahaya, mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan,” ujarnya.

Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, dalam pernyataannya menilai Israel “bertindak seolah hukum tidak ada, seolah perbatasan hanyalah ilusi, dan kedaulatan bisa diabaikan”. Ia menambahkan, “Ini bukan kekuatan, melainkan tindakan sembrono. Ini tanda kegilaan, ulah pemerintah ekstrem yang merasa kebal hukum, menyeret kawasan dan dunia ke jurang.”

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menegaskan serangan itu hanya menyasar pemimpin Hamas yang disebutnya merancang serangan “di kenyamanan mewah Doha”. Ia menyatakan mereka “bukan politisi sah, diplomat, atau perwakilan resmi, melainkan teroris”.

Elizondo menyimpulkan suasana sidang menunjukkan dukungan luas bagi Qatar dan kecaman terhadap Israel. “Banyak negara juga menyerukan akuntabilitas atas kejahatan yang terus dilakukan Israel,” ujarnya.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com