Pamulang Diguncang Ledakan Gas, 8 Rumah Rusak dan 7 Warga Luka

BANTEN –  Tangerang Selatan dikejutkan oleh ledakan keras yang terjadi di kawasan permukiman Jalan Talas II, Kelurahan Pondok Cabe Hilir, pada Jumat (12/09/2025) pagi sekitar pukul 05.20 WIB. Dentuman yang terdengar hingga radius beberapa ratus meter itu tidak hanya membuat panik warga, tetapi juga menimbulkan kerusakan parah pada sejumlah rumah dan melukai beberapa penghuni.

Pantauan di lokasi menunjukkan kondisi mengenaskan. Salah satu rumah yang terdampak berat tampak bagian depannya jebol, hanya menyisakan tembok berwarna oranye dan hijau yang penuh retakan besar. Atap serta balok kayu runtuh menimpa lantai, sementara pintu dan jendela terlepas hingga berserakan. Reruntuhan berupa bata, semen, dan kayu memenuhi jalanan di sekitar titik ledakan. Polisi segera memasang garis pembatas di area tersebut dan melakukan pemeriksaan awal.

Kapolres Tangerang Selatan AKBP Victor Inkiriwang menyampaikan, total ada delapan rumah warga yang terdampak. “Rumah yang rusak terdampak itu ada total delapan rumah, empat rumah itu mengalami kerusakan yang berat, kemudian empat rumah mengalami kerusakan yang ringan,” ujarnya.

Ledakan itu juga melukai tujuh orang. Tiga di antaranya masih harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit, sedangkan empat lainnya sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat penanganan medis. “Total ada kurang lebih tujuh korban luka, di mana dari tujuh tersebut ada tiga korban yang sementara dirawat intensif di rumah sakit, kemudian empat korban lainnya sudah diperiksakan kesehatan dan diizinkan untuk rawat jalan oleh tim dokter,” jelas Victor.

Warga sekitar masih teringat jelas suasana mencekam saat peristiwa terjadi. Irma (bukan nama sebenarnya), salah satu warga, mengaku mendengar suara ledakan yang berbeda dari biasanya. “Suaranya jauh ke mana-mana. Bukan kayak yang nyaring. Kayak yang dari bawah tanah gitu, tapi bukan yang nyaring banget, ya kayak mendem gitu suaranya,” tuturnya.

Meski rumahnya berjarak cukup jauh dari titik ledakan, plafon di bagian dalam ikut mengalami kerusakan. “Ini aja rumah saya, tuh, turun semua itu, kotoran dari atas dari plafon-plafon. Kalau yang dekat malah plafonnya pada hancur. Kita agak berapa meter, kan, ya. Cuma kotoran-kotorannya pada jatuh,” tambahnya.

Keterangan warga lain juga menyebutkan bahwa rumah-rumah di kawasan tersebut memang berdempetan dan sebagian besar merupakan bangunan lama yang dipetak-petak. Hal ini membuat dampak ledakan terasa lebih luas karena jarak antar rumah yang sangat rapat.

Isu sempat merebak bahwa ledakan tersebut mungkin disebabkan oleh bom atau bahan peledak lain. Namun, hal itu segera dibantah oleh aparat kepolisian. Komandan Satuan Gegana Sat Brimob Polda Metro Jaya Kompol Nofriyansah menegaskan bahwa pihaknya tidak menemukan unsur peledak di lokasi.

“Setelah dilakukan sterilisasi di TKP, tidak ditemukan unsur bom atau bahan peledak lainnya,” ujarnya. Penyelidikan melibatkan sepuluh personel Unit Penjinak Bom (Jibom) Polda Metro Jaya serta dukungan dari tim Kimia, Biologi, Radioaktif, dan Nuklir (KBRN). “Selain itu, alat deteksi bahan peledak turut digunakan, dan hasilnya tidak ditemukan adanya unsur peledak,” tambahnya.

Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) kemudian menunjukkan bahwa ledakan dipicu oleh akumulasi gas elpiji di dalam ruangan tertutup. Gas yang menumpuk itu tersambar percikan api hingga menimbulkan ledakan besar.

“Hasil olah TKP menunjukkan bahwa ledakan gas disebabkan oleh akumulasi gas dalam ruangan tertutup yang terpicu percikan api,” kata Nofriyansah.

Dari pemeriksaan di lapangan, ditemukan sejumlah kondisi yang memperkuat dugaan tersebut. Antara lain regulator gas dalam keadaan rusak dan dililit isolasi hitam, tabung elpiji 12 kilogram yang sudah kosong, serta tuas kompor gas yang masih berada pada posisi ON. “Tim menemukan regulator gas dalam keadaan rusak dan dililit isolasi hitam, tabung gas 12 kg dalam keadaan kosong, serta tuas kompor gas dalam posisi ON,” jelasnya.

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya kewaspadaan dalam menggunakan tabung elpiji di rumah tangga. Penggunaan regulator atau selang gas yang tidak sesuai standar, pemasangan yang tidak tepat, hingga kebiasaan membiarkan kompor dalam keadaan menyala dapat memicu bahaya besar.

Selain itu, rumah dengan ventilasi yang minim juga meningkatkan risiko akumulasi gas dalam ruangan. Aparat kepolisian mengimbau warga untuk lebih teliti memeriksa kondisi peralatan gas di rumah masing-masing serta mengganti segera jika ditemukan tanda-tanda kerusakan.

Meskipun penyelidikan masih terus berlangsung, aparat menegaskan tidak ada indikasi lain selain kelalaian penggunaan gas rumah tangga. Saat ini fokus utama adalah pemulihan korban serta perbaikan rumah warga yang rusak akibat kejadian tersebut. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com