BANTEN – Warga di sejumlah kawasan Kota Tangerang harus berjibaku mencari sumber air alternatif setelah pasokan dari Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Tirta Benteng (TB) terganggu akibat kebocoran pipa distribusi utama. Krisis air bersih yang berlangsung hampir sepekan ini melanda beberapa kecamatan, di antaranya Priuk, Jatiuwung, Cibodan, dan Karawaci.
Dampak paling terasa dialami warga Perumahan Keroncong Permai, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Priuk. Ketua RT 08/RW 03, M. Sukadi, mengungkapkan seluruh warga merasakan kesulitan yang cukup serius. “Sudah beberapa hari ini kita berjibaku lah. Itu pakai jet pump, kebetulan ada sumur, akhirnya kita gali, kita hidupkan lagi untuk menanggulangi kurang air di sini,” ujarnya, Minggu (14/09/2025).
Menurut Sukadi, upaya sementara itu belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan warga. Perumda TB memang sudah menurunkan mobil tangki air bersih, namun dalam sehari armada harus bolak-balik hingga lima kali untuk menyalurkan bantuan. Kondisi ini masih belum sebanding dengan kebutuhan air masyarakat di perumahan tersebut.
Sulistiawati, salah satu warga, bahkan terpaksa menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Ia menilai gangguan kali ini merupakan yang paling parah dibandingkan kejadian sebelumnya. “Kompensasinya bulan besok nggak usah bayar. Kemarin kan pada beli air kitanya. Kalau bisa ke depannya lebih bagus lagi lah jangan sampai kayak gini,” tandasnya.
Krisis ini memunculkan keprihatinan tersendiri, mengingat air bersih merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Ketiadaan pasokan membuat aktivitas masyarakat terganggu, mulai dari mencuci, memasak, hingga menjaga kebersihan rumah tangga. Tidak sedikit warga yang akhirnya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air isi ulang maupun jasa suplai air pribadi.
Direktur Perumda TB, Doddy Efendi, mengakui bahwa gangguan terjadi akibat kebocoran pada pipa jaringan distribusi utama (JDU). Ia menegaskan perbaikan sudah dilakukan dan pihaknya sedang dalam tahap normalisasi. “Alhamdulillah proses perbaikan jaringan perpipaan yang rusak sudah selesai. Saat ini proses lanjutannya yaitu pembuangan air kotor yang ada di jaringan perpipaan sedang berproses pembuangan di beberapa titik,” jelasnya.
Meski begitu, distribusi normal diperkirakan membutuhkan waktu karena proses pengurasan sisa air kotor dari pipa tidak bisa dilakukan sekaligus. Doddy berharap masyarakat bersabar hingga suplai air benar-benar lancar kembali.
Situasi ini menimbulkan perdebatan mengenai layanan publik, khususnya kinerja penyedia air bersih. Sejumlah warga menuntut adanya tanggung jawab lebih dari pihak perusahaan, termasuk kompensasi bagi pelanggan yang terdampak. Tuntutan tersebut dinilai wajar mengingat masyarakat tetap membayar iuran bulanan meski pasokan air tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Kejadian ini sekaligus membuka mata bahwa sistem penyediaan air bersih di kota besar seperti Tangerang masih rentan terhadap gangguan teknis. Sementara jumlah penduduk yang terus meningkat membuat kebutuhan air semakin tinggi. Pemerintah daerah dan Perumda TB didesak untuk memperkuat sistem cadangan, memperluas jaringan alternatif, dan meningkatkan kesiapan darurat ketika terjadi insiden serupa.
Di sisi lain, warga menunjukkan ketangguhan menghadapi situasi sulit. Dari menggali sumur lama, menggunakan jet pump, hingga menampung air hujan, semua dilakukan demi bertahan. Meski penuh keterbatasan, semangat gotong royong masih terlihat ketika warga saling membantu distribusi air dan menjaga agar pasokan yang terbatas bisa digunakan secara merata.
Dengan selesainya perbaikan pipa, harapan besar kini bertumpu pada percepatan distribusi. Namun, masyarakat berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga agar perencanaan infrastruktur air bersih di masa depan lebih kokoh dan tanggap menghadapi risiko kebocoran maupun kerusakan teknis lainnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan