JAWA TIMUR – Lonjakan kasus campak di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, masih menjadi perhatian serius tenaga kesehatan. Meski jumlah pasien anak yang dirawat di rumah sakit mulai menurun, penyebaran virus campak atau morbili belum sepenuhnya dapat dikendalikan.
Humas RSUD Syamrabu Bangkalan, Moh Syaiful Bahri, menyampaikan hingga Selasa (16/09/2025), tercatat ada 19 pasien anak dengan status suspek campak yang sedang menjalani perawatan. “Saat ini ada 19 pasien suspek campak,” ujarnya. Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan minggu sebelumnya yang mencapai 21 pasien.
Untuk mencegah penularan lebih luas, rumah sakit mengambil langkah antisipasi dengan menempatkan pasien di ruang isolasi. Tiga ruangan khusus disediakan agar penderita campak tidak berinteraksi langsung dengan pasien umum. “Ada tiga ruangan isolasi yang digunakan untuk pasien suspek campak ini,” imbuh Syaiful.
Upaya isolasi menjadi langkah penting mengingat virus campak sangat mudah menular melalui udara. Anak-anak dengan daya tahan tubuh rendah menjadi kelompok paling rentan. Karena itu, tenaga kesehatan menekankan pentingnya pencegahan sejak dini, salah satunya melalui imunisasi.
Kepala Puskesmas Bangkalan, dr Anastasia Mulyadi, menjelaskan bahwa pemerintah daerah bersama tenaga medis telah menyiapkan program imunisasi tambahan serentak. Program ini difokuskan untuk vaksin Measles-Rubella (MR) yang efektif mencegah campak. “Imunisasi tambahan serentak untuk MR atau campak ini akan dilakukan mulai tanggal 15 sampai 28 September,” ucapnya.
Sasaran utama dari program ini adalah anak berusia 6 bulan hingga 7 tahun. Puskesmas, posyandu, serta sekolah-sekolah di wilayah Bangkalan menjadi titik pelaksanaan imunisasi. Dengan strategi ini, diharapkan cakupan imunisasi semakin merata sehingga penyebaran virus dapat ditekan secara signifikan. “Untuk lokasinya yakni di Puskesmas, Posyandu dan di sekolah,” pungkas Anastasia.
Langkah tersebut bukan tanpa alasan. Catatan sebelumnya menunjukkan sejumlah daerah di Jawa Timur mengalami peningkatan kasus campak yang berujung fatal. Di Kabupaten Pamekasan, misalnya, tercatat enam balita meninggal dunia akibat komplikasi yang dipicu campak. Fakta ini memperkuat urgensi vaksinasi sebagai benteng utama pencegahan.
Selain imunisasi tambahan, tenaga kesehatan juga terus memberikan edukasi kepada orang tua agar lebih waspada terhadap gejala awal campak. Demam tinggi, ruam kulit, batuk, pilek, dan mata merah merupakan tanda-tanda yang harus diwaspadai. Dengan deteksi dini, pasien dapat segera ditangani sebelum kondisi memburuk.
Kasus di Bangkalan ini kembali menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap jadwal imunisasi dasar. Banyak anak yang rentan terkena campak karena belum mendapatkan vaksin lengkap, baik akibat kurangnya kesadaran orang tua maupun akses terbatas terhadap layanan kesehatan.
Meski situasi belum sepenuhnya terkendali, upaya kolaboratif antara rumah sakit, puskesmas, sekolah, dan masyarakat diharapkan mampu mempercepat pemutusan rantai penyebaran virus. Pemerintah daerah menegaskan tidak akan berhenti mengintensifkan imunisasi dan isolasi sampai angka kasus menunjukkan tren penurunan yang signifikan.
Kasus campak yang terus bermunculan di beberapa daerah di Jawa Timur menjadi peringatan bersama bahwa penyakit yang dianggap klasik ini masih mengancam. Tanpa langkah pencegahan serius, campak berpotensi menimbulkan komplikasi berbahaya, termasuk pneumonia dan radang otak.
Karena itu, para orang tua didorong untuk tidak menunda imunisasi anak. “Imunisasi itu penting untuk perlindungan jangka panjang. Jangan menunggu ada kasus baru, tapi segera ikut program imunisasi massal yang sudah disiapkan,” tegas tenaga medis di Bangkalan. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan