PARIS – Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa pengakuan resmi terhadap negara Palestina merupakan strategi penting untuk mengisolasi kelompok Hamas. Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza, di mana serangan Israel telah menelan ribuan korban sipil.
Dalam wawancara dengan Channel 12 Israel, Kamis (18/09/205), Macron menegaskan, “Pengakuan negara Palestina adalah cara terbaik untuk mengisolasi Hamas.” Ia menambahkan, langkah tersebut juga menjadi pengakuan terhadap penderitaan rakyat Palestina yang tidak terkait dengan aksi Hamas. “Itu berarti mengakui penderitaan rakyat Palestina yang tidak ada hubungannya dengan Hamas,” jelasnya, mengutip AFP.
Rencana pengakuan Palestina ini dijalankan oleh Prancis bersama Inggris dan sejumlah negara Barat, yang bertujuan menghapus pengaruh Hamas dari kancah politik sekaligus membuka jalan bagi solusi dua negara bagi konflik Arab-Israel yang telah berlangsung puluhan tahun. Langkah ini akan diajukan dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan ini.
Namun, rencana tersebut menuai penolakan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Macron memperingatkan bahwa ekspansi pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat justru mempersempit peluang tercapainya solusi dua negara. “Ini saat-saat terakhir sebelum solusi dua negara menjadi mustahil,” ujarnya.
Gaza City, Palestina — Sementara itu, militer Israel terus melanjutkan ofensif darat dan serangan udara besar di Gaza City, yang telah berlangsung sejak 2023. Operasi ini merupakan balasan atas serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan 1.219 orang, sebagian besar warga sipil.
Data dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dianggap kredibel oleh PBB menyebutkan bahwa balasan militer Israel telah menewaskan sedikitnya 65.141 orang, mayoritas adalah warga sipil. Serangan ini memicu kecaman internasional karena dianggap tidak proporsional dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.
Macron menekankan bahwa operasi militer semacam ini justru kontraproduktif. “Israel menghancurkan citra dan kredibilitasnya, bukan hanya di kawasan, tetapi juga di mata publik dunia,” tegasnya. Pernyataan ini menyoroti risiko diplomatik dan politik yang dihadapi Israel akibat eskalasi militer yang menimbulkan banyak korban sipil.
Dalam konteks diplomasi, pengakuan resmi terhadap Palestina diyakini dapat memperkuat posisi rakyat Palestina dalam negosiasi internasional, sekaligus menekan Hamas agar tidak memonopoli jalur politik dan keamanan di wilayah tersebut. Langkah ini juga diharapkan dapat mempercepat tercapainya perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan