LONDON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik yang terjadi di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan setelah Trump bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Kamis (18/09/2025), menandai hari terakhir kunjungannya yang disebut-sebut sebagai kunjungan kenegaraan bersejarah ke Inggris.
Sehari sebelumnya, Trump disambut dengan upacara megah di Kastel Windsor bersama Raja Charles III. Pada Kamis, ia melanjutkan agenda diplomatik dengan terbang ke Chequers, kediaman resmi perdana menteri, untuk membahas berbagai isu sensitif, termasuk perang Ukraina dan konflik di Gaza.
Trump menegaskan bahwa awalnya ia optimistis konflik Ukraina bisa segera diakhiri karena kedekatannya dengan Putin. Namun, harapannya tidak terealisasi. “Saya pikir konflik Ukraina akan jadi yang paling mudah diakhiri karena hubungan saya dengan Presiden Putin, tetapi dia mengecewakan saya. Dia benar-benar mengecewakan saya,” ujar Trump dalam konferensi pers, mengutip AFP.
Selain itu, Trump mendorong negara-negara Eropa untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Menurutnya, penurunan harga minyak akan memberi tekanan pada Putin untuk mengakhiri konflik.
Perdana Menteri Keir Starmer berupaya memposisikan diri sebagai jembatan antara Trump dan para sekutu Eropa, guna memastikan komitmen Amerika terhadap Ukraina tetap kuat. Sikap hangat Starmer terlihat saat keduanya menandatangani kesepakatan besar di sektor teknologi, mencakup kecerdasan buatan, komputasi kuantum, dan energi nuklir.
“Amerika dan Inggris punya ikatan yang tak tergoyahkan,” ucap Trump saat penandatanganan kesepakatan yang disaksikan para CEO teknologi AS. Kesepakatan tersebut melanjutkan janji investasi senilai £150 miliar (sekitar Rp3.900 triliun) dari raksasa AS seperti Microsoft, Google, dan Blackstone.
Meski demikian, Trump mengakui adanya perbedaan pandangan dengan Starmer, terutama terkait rencana Inggris mengakui negara Palestina. Ia juga menyuarakan pendapat keras soal imigrasi ilegal di Inggris, bahkan menyebut akan menggunakan militer jika menghadapi situasi serupa.
Dalam agenda kunjungan, Starmer membawa Trump meninjau koleksi artefak Winston Churchill di Chequers, memanfaatkan kekaguman presiden AS terhadap tokoh perang Inggris tersebut. Trump juga memuji Raja Charles sebagai “seorang pria terhormat dan raja yang hebat” usai berpamitan di Kastel Windsor. Sementara itu, Raja Charles menekankan pentingnya menjaga lingkungan demi generasi mendatang.
Kunjungan Trump tidak lepas dari kontroversi. Sekitar 5.000 orang turun ke jalan di pusat London untuk memprotes kedatangannya. Starmer juga masih menghadapi sorotan politik domestik setelah memecat duta besar Inggris untuk Washington, Peter Mandelson, terkait keterkaitannya dengan mendiang Jeffrey Epstein.
Bagi Trump, kunjungan ini merupakan lawatan kenegaraan kedua ke Inggris, setelah kunjungan pertamanya pada 2019. “Ini benar-benar salah satu kehormatan tertinggi dalam hidup saya,” ujarnya dalam jamuan kenegaraan yang diselenggarakan di London. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan