Delapan Sekolah Kebanjiran, Disdik Minta Laporan Resmi

KOTAWARINGIN TIMUR – Banjir yang melanda Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dalam beberapa hari terakhir mulai mengganggu aktivitas pendidikan. Hujan deras yang turun tanpa henti menyebabkan air meluap hingga merendam permukiman warga, fasilitas umum, termasuk sejumlah sekolah dasar dan menengah.

Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim mencatat sedikitnya delapan sekolah terdampak genangan banjir. Dari jumlah itu, tiga sekolah terpaksa menghentikan pembelajaran tatap muka dan menerapkan sistem Belajar dari Rumah (BDR). Kebijakan tersebut diambil karena kondisi air dinilai sudah membahayakan keselamatan guru dan peserta didik.

Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Muhammad Irfansyah, menyampaikan bahwa keselamatan menjadi prioritas utama dalam menghadapi situasi bencana. “Total ada delapan sekolah yang terendam banjir, tiga di antaranya kami beri kemudahan untuk belajar dari rumah,” ujarnya pada Kamis, (19/09/2025).

Sekolah yang masih bertahan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas meski terdampak banjir di antaranya SDN 5 Samuda Kota, SDN 1 Samuda Kecil, SDN Kunjung Lampuyang, SDN 3 Lampuyang, serta SMPN Satap 2 Teluk Sampit. Sementara itu, tiga sekolah yang sudah beralih ke sistem BDR adalah SDN 1 Tumbang Tilap, SDN 1 Kawan Batu, dan SDN 1 Baampah.

Menurut Irfansyah, kondisi paling mengkhawatirkan terjadi di SDN 1 Tumbang Tilap. Walaupun bangunan sekolah berbentuk panggung kayu, air nyaris memasuki ruang kelas. Situasi ini membuat pihak sekolah tidak punya pilihan selain memindahkan kegiatan belajar ke rumah masing-masing siswa. “Keselamatan guru dan peserta didik adalah prioritas utama. Jika banjir sudah mengganggu kesehatan dan keselamatan, maka sekolah wajib mengambil tindakan sesuai kondisi masing-masing,” tegasnya.

Selain faktor keselamatan, banjir juga dikhawatirkan menimbulkan dampak kesehatan bagi anak-anak, terutama penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, serta risiko jatuh karena licinnya lantai. Oleh sebab itu, Disdik Kotim meminta setiap sekolah terdampak segera membuat laporan resmi lengkap dengan foto atau video kondisi lapangan. Laporan tersebut akan diteruskan ke pimpinan daerah sebagai dasar pengambilan kebijakan penanganan darurat.

Banjir yang meluas di Kotim sebelumnya juga membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menetapkan status siaga darurat hingga akhir Oktober 2025. Lebih dari 20 desa tercatat terendam, dan jumlah ini masih berpotensi bertambah jika intensitas hujan tetap tinggi. Situasi ini membuat penanganan bencana memerlukan koordinasi lintas sektor, termasuk dukungan dunia pendidikan agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meskipun dalam keterbatasan.

Disdik Kotim berharap, para guru dan orang tua siswa dapat berkolaborasi selama masa darurat. Pembelajaran daring maupun penugasan mandiri di rumah dipandang sebagai solusi sementara agar anak-anak tidak tertinggal pelajaran. Meski demikian, pemerintah daerah tetap menargetkan pemulihan secepat mungkin agar sekolah bisa kembali normal.

Dengan adanya koordinasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, diharapkan dampak banjir terhadap dunia pendidikan bisa diminimalisasi. Tantangan yang dihadapi tidak hanya sebatas menjaga kelancaran proses belajar, tetapi juga memastikan keselamatan dan kesehatan siswa sebagai generasi penerus daerah. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com