Singkawang Catat Kasus DBD Tertinggi, Warga Diimbau Tingkatkan 3M Plus

SINGKAWANG – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Singkawang masih menjadi perhatian utama di Kalimantan Barat. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar pada minggu ke-36 tahun 2025, Singkawang menempati posisi tertinggi dengan total 111 kasus.

Meski demikian, ada kabar baik. Hingga periode ini, belum ada laporan kasus kematian akibat DBD di kota tersebut. Hal ini berbeda dengan Kabupaten Ketapang dan Mempawah yang masing-masing mencatat satu kasus meninggal dunia.

Secara keseluruhan, Kalimantan Barat melaporkan 740 kasus DBD sepanjang tahun 2025 dengan dua korban meninggal. Angka di Singkawang masih melampaui daerah lain, seperti Ketapang dengan 85 kasus, Bengkayang 83 kasus, dan Kubu Raya 70 kasus.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Singkawang, Hendry Aprianto, menjelaskan tingginya kasus tidak terlepas dari faktor iklim. Menurutnya, cuaca panas yang berkepanjangan dan menurunnya debit air membuat warga cenderung menampung air dalam wadah terbuka. Kondisi ini memberi peluang bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.

“Nyamuk betina Aedes ini bisa bertelur hingga ratusan dan mampu bertahan di musim panas. Pola inilah yang meningkatkan risiko penularan DBD,” kata Hendry, Minggu (21/09/2025).

Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan menyiapkan bubuk abate di setiap puskesmas. Warga bisa mengambilnya secara gratis untuk ditaburkan di penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk. Upaya ini dilengkapi dengan imbauan rutin agar masyarakat melaksanakan gerakan 3M Plus: menguras, menutup, dan mendaur ulang wadah air, serta menambahkan tindakan pencegahan lain seperti penggunaan kelambu atau lotion anti nyamuk.

Meski angka kasus tahun ini tergolong tinggi, jumlahnya masih lebih rendah dibanding tahun 2024 yang mencapai 305 kasus. “Kasus yang kita data hingga Agustus 2025 ada 111 kasus, semuanya sudah ditangani oleh layanan rumah sakit di Singkawang. Tidak ada kasus kematian, sehingga tidak sampai ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),” jelas Hendry.

Selain langkah medis, edukasi masyarakat menjadi fokus penting. Sosialisasi mengenai gejala umum DBD seperti demam tinggi mendadak, sakit kepala, nyeri otot, mual, hingga ruam kulit terus dilakukan agar warga bisa mengenali tanda-tanda dini dan segera mencari pertolongan.

Dinas Kesehatan juga mendorong masyarakat memanfaatkan alternatif pencegahan lain, misalnya menanam tanaman pengusir nyamuk atau mempertimbangkan vaksinasi dengue yang sudah tersedia di beberapa fasilitas kesehatan.

Dengan kesiapan fasilitas kesehatan, stok abate yang cukup, dan keterlibatan aktif warga, pemerintah daerah berharap kasus DBD di Singkawang dapat ditekan. Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci untuk menjaga agar kasus tidak meningkat dan korban jiwa bisa dihindari. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com