NEW YORK — Prancis resmi mengakui Negara Palestina pada Senin waktu setempat. Langkah ini menambah daftar negara Barat yang mendukung Palestina setelah Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal mengambil keputusan serupa sehari sebelumnya. Kebijakan baru Paris memicu kemarahan Israel sekaligus menambah tekanan internasional terhadap Tel Aviv yang terus menggencarkan operasi militernya di Gaza.
Pengakuan tersebut disampaikan langsung Presiden Emmanuel Macron dalam pertemuan puncak PBB di New York. “Waktunya perdamaian telah tiba, karena kita hanya beberapa saat lagi tidak dapat meraihnya lagi,” kata Macron. Ia juga menekankan pentingnya pembebasan 48 sandera Hamas serta penghentian perang, pengeboman Gaza, pembantaian, dan pengungsian.
Israel menanggapi dengan keras keputusan lima negara Barat tersebut. Para menteri sayap kanan mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mencaplok Tepi Barat. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, memperingatkan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan. “Mereka tidak mempromosikan perdamaian. Mereka mendukung terorisme,” ujarnya.
Sementara itu, Amerika Serikat tetap pada posisinya menolak pengakuan sepihak. Presiden Donald Trump berpendapat negara Palestina hanya dapat terwujud melalui negosiasi. Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut pengakuan itu sebagai “hadiah bagi Hamas”. Jerman pun menolak mengikuti langkah Prancis dan Inggris, dengan alasan solusi dua negara harus dicapai lewat perundingan.
Agenda PBB di New York kali ini menghadirkan lebih dari 140 pemimpin dunia. Namun, Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak hadir secara langsung karena visanya ditolak otoritas AS, sehingga ia hanya dapat berpartisipasi secara virtual. Di sisi lain, Israel memilih absen dari sidang darurat Dewan Keamanan PBB terkait Gaza dengan alasan bertepatan dengan Tahun Baru Yahudi.
Netanyahu tetap menegaskan tidak akan ada Negara Palestina dan berjanji mempercepat pembangunan permukiman baru di Tepi Barat. Dua menteri garis keras, Itamar Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, bahkan terang-terangan menyerukan aneksasi wilayah tersebut.
Pengakuan negara-negara Barat terhadap Palestina dinilai bersejarah, tetapi sejumlah pengamat skeptis akan dampaknya di lapangan. Direktur proyek Israel-Palestina di International Crisis Group, Max Rodenbeck, memperingatkan bahwa tanpa langkah konkret, pengakuan ini hanya berisiko mengalihkan perhatian dari kenyataan, yaitu semakin terhapusnya kehidupan Palestina di tanah air mereka. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan