KUTAI KARTANEGARA – Festival Adat Erau 2025 di Tenggarong kembali menghadirkan suasana meriah dan penuh makna. Salah satu agenda paling ditunggu masyarakat adalah tradisi Berseprah, sebuah ritual makan bersama yang menjadi simbol kesetaraan serta kebersamaan warga Kutai. Tahun ini, kegiatan tersebut berlangsung di sepanjang Jalan Diponegoro, Tenggarong, pada Kamis (25/09/2025).
Sebelum acara dimulai, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ke-XXI, Aji Muhammad Arifin, melalui Pangeran Noto Negoro Heriansyah, memberikan pesan penting kepada seluruh peserta. Ia menekankan bahwa tradisi Berseprah memiliki filosofi mendalam, bukan sekadar ajang makan bersama.
“Mari kita makan bersama di tempat hingga acara selesai. Jika masih ada sisa makanan, barulah boleh dibawa pulang. Inilah makna Berseprah yang harus kita jaga,” ujar Heriansyah dalam sambutannya.
Meski arahan telah disampaikan, kenyataan di lapangan menunjukkan masih ada sebagian warga yang kurang mematuhi aturan. Beberapa orang terlihat tergesa-gesa membungkus makanan bahkan sebelum kentongan tanda berakhirnya acara dipukul. Hal ini menimbulkan keprihatinan sejumlah masyarakat yang hadir.
“Mpai-mpai itu sorot dan tayangkan itu yang mahut liurnya ndak beangkut membungkus sampai ke odah-odahnya diangkut ndik peduli urang dah makan apa belum, baru maha kentongan dipalu dah kena raup sajian dalam lewang. Coba pahami makna beseprah tu, tolong hak etam nikmati salah satu acara di pesta rakyat etam ni, duduk kesahan makan bebaik, ada sisanya baru hak bawa,” ucap seorang warga Tenggarong dengan nada kesal.
Ungkapan tersebut mencerminkan keresahan warga yang menilai bahwa perilaku demikian tidak sesuai dengan esensi adat. Menurut mereka, inti Berseprah bukanlah pada sajian makanan semata, melainkan kebersamaan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap tradisi.
Kendati sempat diwarnai insiden kecil, secara umum pelaksanaan Berseprah tetap berjalan lancar dan penuh kehangatan. Ribuan masyarakat tumpah ruah di jalanan, duduk bersila, dan berbagi sajian tanpa membedakan status sosial. Tradisi ini kembali menjadi magnet utama dalam rangkaian Festival Adat Erau 2025.
Festival Erau sendiri telah lama menjadi agenda budaya unggulan di Kutai Kartanegara. Kehadirannya bukan hanya menguatkan identitas daerah, tetapi juga menarik minat wisatawan dari berbagai daerah. Berseprah, sebagai salah satu rangkaian inti, memberi pesan kuat bahwa masyarakat Kutai menjunjung tinggi nilai persatuan.
Festival Adat Erau 2025 pun meninggalkan kesan mendalam, baik bagi masyarakat lokal maupun para tamu yang hadir. Lebih dari sekadar pesta rakyat, tradisi Berseprah diyakini sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga agar tetap hidup di tengah modernisasi zaman. []
Penulis: Jemi Irlanda Haikal | Penyunting: Rasidah
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan