BEIJING – Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok kembali menyeret komoditas strategis dunia, yakni kedelai. Negeri Tirai Bambu menegaskan bahwa pembelian kedelai asal AS hanya mungkin dilakukan jika Washington mencabut tarif yang disebut tidak masuk akal, serta menciptakan kondisi kondusif bagi peningkatan perdagangan bilateral.
Pernyataan itu disampaikan juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, He Yadong, dalam konferensi pers pada Kamis (25/09/2025). “Terkait perdagangan kedelai, Amerika Serikat harus mengambil tindakan positif untuk membatalkan tarif yang tidak masuk akal guna menciptakan kondisi bagi perluasan perdagangan bilateral,” ujarnya.
Konteks ini muncul setelah Reuters melaporkan bahwa hingga kini Tiongkok, sebagai importir kedelai terbesar dunia, belum memesan kargo kedelai AS dari panen musim gugur. Sebaliknya, importir Tiongkok lebih banyak menyerap pasokan dari Amerika Selatan, terutama Argentina.
Sejak pemerintah Argentina menghapus pajak ekspor pada awal pekan, pembeli Tiongkok dilaporkan sudah mengamankan sekitar 20 kargo atau 1,3 juta ton kedelai dari negara tersebut. Angka ini menambah daftar panjang pemesanan yang sebelumnya mencapai belasan kargo. Peralihan pasokan ini membuat petani AS menghadapi risiko kerugian miliaran dolar karena kedelai mereka sulit bersaing di pasar global akibat tarif balasan dari Beijing.
Negosiator perdagangan senior Tiongkok, Li Chenggang, sebelumnya telah bertemu dengan para pemimpin politik dan bisnis dari wilayah Midwest AS sentra produksi kedelai Amerika. Pertemuan itu dipandang sebagai sinyal bahwa pembelian kedelai AS masih terbuka menjelang perundingan dagang lanjutan. Namun, sejumlah perbedaan teknis antara kedua negara disebut masih menghambat kesepakatan.
Seorang pedagang internasional menyebutkan, “Pada dasarnya, Tiongkok akan memiliki cukup kedelai tanpa kedelai AS.” Pernyataan ini menegaskan posisi tawar Tiongkok yang kuat di tengah perang dagang.
Kondisi ini sekaligus menyoroti dinamika geopolitik ekonomi global. Jika AS tetap bersikeras mempertahankan tarif, pasar kedelai dunia berpotensi semakin bergeser ke Amerika Selatan. Sebaliknya, pencabutan tarif bisa membuka jalan bagi pemulihan hubungan dagang kedua raksasa ekonomi dunia tersebut. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan