Cicipi MBG untuk Murid, Guru di Cianjur Alami Muntah-muntah

JAWA BARAT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Taruna Bakti, Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memunculkan masalah serius setelah puluhan orang diduga mengalami keracunan makanan pada Kamis (25/09/2025). Seorang guru, Yayuk Wahyuni, bahkan sempat muntah-muntah usai mencicipi menu MBG yang awalnya ditujukan untuk memastikan keamanan hidangan sebelum dibagikan kepada siswa.

Yayuk menuturkan, dirinya mencoba makanan itu setelah menerima keluhan dari seorang murid kelas 1 mengenai bau tidak sedap dari lauk yang disajikan. “Saya langsung melarang agar tidak memakannya,” ujarnya kepada wartawan. Untuk memastikan, ia mencicipi tempe yang ada dalam paket makanan. Tidak lama kemudian, ia mengalami mual, mulas, hingga muntah berulang kali.

“Sempat muntah beberapa kali, tapi saya langsung melakukan penangan secara mandiri, dengan cara meminum susu steril. Alhamdulillah sudah membaik. Meski masih merasa pusing sedikit,” jelas guru kelas 1 tersebut.

Insiden itu membuat pihak sekolah segera menghentikan pembagian makanan di kelas yang diampu Yayuk. Namun, distribusi MBG di kelas lainnya sudah terlanjur berjalan. Akibatnya, puluhan siswa turut merasakan gejala yang sama. Data sementara dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur mencatat ada 35 orang yang terdampak, terdiri atas 34 murid dan satu guru.

“Laporan masih bersifat sementara, jumlah korban ada sebanyak 35 orang, terdiri dari 34 murid dan satu orang guru,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, I Made Setiawan.

Ia menyebut seorang siswa harus mendapat perawatan medis di Puskesmas Cugenang, sementara yang lainnya hanya dipantau secara intensif oleh tenaga kesehatan. Petugas gabungan dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Cugenang telah diterjunkan untuk memastikan kondisi para korban tetap stabil.

Untuk menelusuri penyebabnya, Dinas Kesehatan telah mengamankan sejumlah sampel dari dapur penyedia MBG maupun dari sekolah. Bahan makanan yang diambil di antaranya tempe, ayam goreng, kentang, dan buncis, termasuk juga sampel muntahan korban. Semua bahan itu akan diuji di laboratorium.

“Pemeriksaan sampel akan ke luar paling cepat 10 hari, maksimalnya dua pekan,” ujar Made.

Kasus ini sekaligus memunculkan pertanyaan mengenai pengawasan distribusi MBG di sekolah-sekolah. Meski program tersebut bertujuan memberikan gizi tambahan kepada siswa, kejadian di Cianjur menunjukkan perlunya prosedur keamanan pangan yang lebih ketat agar insiden serupa tidak terulang.[]

Admin05

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com