BEIJING — Pengadilan Menengah Wenzhou, China, menjatuhkan hukuman mati terhadap 16 anggota kelompok kriminal yang mengelola pusat-pusat penipuan di wilayah Kokang, Myanmar, yang berbatasan langsung dengan China. Putusan dibacakan pada Senin (29/09/2025), setelah pengadilan menyatakan mereka bersalah atas berbagai tindak pidana, termasuk penipuan daring, perdagangan narkoba, prostitusi, dan pendirian kasino ilegal.
Menurut pernyataan resmi pengadilan yang dipublikasikan di media sosial, sindikat keluarga ini beroperasi sejak 2015 dan menggunakan kekuatan bersenjata untuk menguasai sejumlah kompleks penipuan di Kokang. Selain itu, kelompok tersebut diduga melakukan aksi kekerasan brutal, termasuk pembunuhan 14 orang, sebagian besar merupakan pekerja penipuan yang mencoba melarikan diri atau menolak mengikuti aturan kelompok. Salah satu insiden paling serius terjadi pada Oktober 2023, ketika para terdakwa menembaki orang-orang di kompleks penipuan untuk mencegah mereka kembali ke China.
Hukuman terhadap 16 terdakwa bervariasi. Lima orang di antaranya mendapat penangguhan eksekusi selama dua tahun, sedangkan 23 terdakwa lainnya dijatuhi hukuman penjara antara lima tahun hingga seumur hidup.
Putusan ini menjadi bagian dari upaya intensif pemerintah Beijing bekerja sama dengan negara-negara Asia Tenggara untuk memberantas kompleks penipuan di wilayah perbatasan Myanmar, yang selama ini dikenal minim pengawasan hukum. Fenomena kompleks penipuan daring di Asia Tenggara menjadi perhatian internasional karena nilai ekonominya yang mencapai miliaran dolar AS setiap tahun.
Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), kelompok kriminal di China dan Asia Tenggara mengoperasikan ratusan ribu pekerja yang kerap diperdagangkan secara paksa dan ditahan di kamp-kamp dengan kondisi buruk untuk menjalankan penipuan daring. Aktivitas ini telah menyebar hingga Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan sejumlah negara di Pasifik. Hingga April 2025, sekitar 7.000 korban dari lebih 20 negara berhasil dipulangkan dari Myanmar, banyak di antaranya merupakan korban perdagangan manusia yang dipaksa bekerja di pusat-pusat penipuan daring.
Keputusan hukuman mati ini menegaskan komitmen China untuk menindak tegas sindikat kriminal transnasional yang merusak keamanan digital dan menimbulkan kerugian ekonomi besar. Kasus ini juga menjadi peringatan bagi kelompok kriminal lain yang mencoba memanfaatkan wilayah perbatasan yang selama ini lemah pengawasan hukumnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan