79 Kasus DBD Tersebar di 17 Kecamatan Kapuas Hulu

KAPUAS HULU – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kapuas Hulu kembali menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Hingga akhir September 2025, Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes PP KB) mencatat sebanyak 79 warga terjangkit DBD yang tersebar di berbagai kecamatan.

Berdasarkan data, sebaran kasus terbanyak berada di Kecamatan Putussibau Utara dengan 32 kasus, disusul Putussibau Selatan 16 kasus, Batang Lupar dan Silat Hulu masing-masing 5 kasus. Sementara itu, Bunut Hulu dan Badau mencatat 4 kasus, Hulu Gurung 2 kasus, dan beberapa kecamatan lainnya seperti Seberuang, Silat Hilir, Pengkadan, Mentebah, Kalis, Semitau, Embaloh Hulu, Empanang, Bika, Jongkong, dan Puring Kencana masing-masing 1 kasus.

Meski jumlah penderita cukup tinggi, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes PP KB Kapuas Hulu, Kastono, memastikan belum ada laporan kematian akibat DBD. “Pada minggu ke-39 ini belum ada laporan penderita DBD baik di Puskesmas maupun RS di Kapuas Hulu,” katanya, Selasa (30/09/2025).

Menghadapi kondisi ini, pemerintah daerah terus mengintensifkan berbagai langkah pencegahan. Menurut Kastono, pihaknya aktif memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat mengenai gejala awal DBD serta pentingnya tindakan pencegahan.

“Kita terus melakukan penyuluhan di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan keluarganya,” jelasnya. Sosialisasi juga menyasar sekolah-sekolah, pemukiman warga melalui kunjungan rumah, hingga penyebaran informasi lewat media massa agar lebih mudah diakses masyarakat luas.

Selain itu, penyuluhan turut dilakukan di sarana umum seperti terminal dan pasar. Upaya ini diharapkan bisa membangun kesadaran kolektif masyarakat akan bahaya DBD serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Kastono menegaskan, langkah pencegahan paling efektif adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M Plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

“Juga lebih penting lagi adalah, plus mencegah gigitan nyamuk dengan penggunaan cairan anti nyamuk oles, spray, memberantas jentik nyamuk dengan larvasida di genangan air, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan melakukan gerakan gotong-royong di lingkungan tempat tinggal masing-masing, melalui gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J),” paparnya.

Gerakan ini tidak hanya digerakkan di rumah tangga, tetapi juga meluas ke sekolah, perkantoran, dan tempat umum. Menurutnya, jika diterapkan secara konsisten setiap minggu, maka risiko penyebaran DBD bisa ditekan secara signifikan.

Selain upaya pencegahan, Dinkes Kapuas Hulu menekankan pentingnya peran masyarakat untuk melapor bila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala DBD. “Jika ada anggota keluarga yang diduga menderita penyakit DBD, melaporkan kepada RT/RW, Kepala Desa/Kelurahan, agar dilakukan penggerakan masyarakat di sekitarnya guna mencegah meluasnya penularan penyakit ini,” ujar Kastono.

Untuk memperkuat langkah tersebut, pemerintah daerah juga mengaktifkan Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) DBD di tingkat RT/RW, desa, dan kecamatan. Dengan koordinasi berjenjang ini, diharapkan penanganan DBD dapat dilakukan lebih cepat dan efektif.

Meski tren kasus masih ditemukan di berbagai wilayah, Dinkes Kapuas Hulu optimistis melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, angka DBD dapat ditekan. “Gerakan PSN 3M Plus dan GIRIJ merupakan kegiatan yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit DBD, serta mewujudkan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup sehat,” tutup Kastono.

Dengan langkah yang konsisten dan partisipasi masyarakat, pemerintah berharap Kabupaten Kapuas Hulu mampu meminimalkan dampak DBD, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman penyakit menular ini. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com