WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan akan merasa terhina jika dirinya tidak menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Trump menegaskan klaimnya atas peran aktif dalam menyelesaikan sejumlah konflik internasional, termasuk rencana perdamaian baru-baru ini untuk mengakhiri perang di Gaza.
Dilansir AFP, pernyataan Trump disampaikan pada Rabu (01/10/2025) sehari setelah ia mengumumkan rencana perdamaian bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih. Dalam pidatonya di hadapan ratusan perwira tinggi militer AS, Trump mengatakan, “Apakah Anda akan mendapatkan Hadiah Nobel? Tentu saja tidak. Mereka akan memberikannya kepada orang yang tidak melakukan apa pun.”
Trump menambahkan, “Itu akan menjadi penghinaan besar bagi negara kita, saya katakan itu. Saya tidak menginginkannya, saya ingin negara ini mendapatkannya. Negara ini harus mendapatkannya, karena belum pernah ada yang seperti itu.” Pernyataan ini mencerminkan ambisinya yang telah lama mengidamkan pengakuan melalui penghargaan internasional tersebut.
Trump, kandidat dari Partai Republik, tampaknya masih menyimpan rasa kecewa terhadap mantan Presiden Barack Obama dari Partai Demokrat, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada 2009. Dalam pidatonya pada Selasa (30/9), Trump menegaskan klaimnya bahwa ia telah berhasil mengakhiri tujuh perang sejak kembali menjabat pada Januari.
Ia menambahkan, jika rencana perdamaian Gaza berhasil, jumlah konflik yang berhasil diselesaikan akan meningkat menjadi delapan dalam delapan bulan. “Itu cukup bagus,” ujarnya. Namun, Hamas hingga kini belum menanggapi proposal tersebut, sehingga keberhasilan rencana perdamaian masih menunggu konfirmasi.
Meski begitu, peluang Trump memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini diperkirakan sangat kecil. Oeivind Stenersen, seorang sejarawan yang meneliti Hadiah Nobel Perdamaian, menilai, “Itu sama sekali tidak terpikirkan.” Komite Nobel Norwegia juga menegaskan bahwa kampanye Trump tidak akan memengaruhi keputusan mereka. Sekretaris komite Kristian Berg Harpviken menambahkan, “Tentu saja, kami memperhatikan adanya banyak perhatian media terhadap kandidat tertentu. Namun, hal itu sama sekali tidak berdampak pada diskusi yang sedang berlangsung di komite.”
Administrasi Trump merinci tujuh konflik yang diklaim berhasil diselesaikan, termasuk antara Kamboja dan Thailand; Kosovo dan Serbia; Republik Demokratik Kongo dan Rwanda; Pakistan dan India; Israel dan Iran; Mesir dan Ethiopia; serta Armenia dan Azerbaijan. Namun, sejumlah klaim tersebut menuai kritik karena sebagian besar bersifat parsial atau kontroversial, seperti gencatan senjata antara Delhi dan Islamabad yang diumumkan pada Mei.
Klaim-klaim tersebut menimbulkan perdebatan di kalangan pengamat internasional mengenai efektivitas kebijakan luar negeri Trump dan dampaknya terhadap stabilitas global. Meski ambisi Trump untuk meraih Hadiah Nobel Perdamaian mendapat sorotan luas, keputusan akhir tetap berada di tangan Komite Nobel yang independen. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan