SERUYAN – Penemuan bangkai seekor buaya berukuran raksasa di muara Sungai Tulis, Segintung, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, membuat heboh masyarakat setempat. Video rekaman buaya yang terapung di permukaan air itu cepat menyebar di media sosial dan menjadi bahan perbincangan hangat.
Dalam video berdurasi singkat, tubuh buaya tampak mengapung dengan posisi terlentang. Kondisinya sudah membengkak, sementara panjang tubuh diperkirakan mencapai lima meter. Pemandangan tersebut mengejutkan sejumlah pemancing yang sedang melintas. Mereka segera mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel.
Komandan BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, saat dikonfirmasi membenarkan bahwa buaya tersebut kemungkinan besar merupakan jenis buaya muara (Crocodylus porosus), spesies predator air asin yang dikenal sebagai buaya terbesar di dunia.
“Buaya muara memang jenis yang paling besar dan paling ganas. Mereka mampu hidup di berbagai jenis perairan, dari sungai hingga laut,” jelas Muriansyah, Rabu (01/10/2025).
Buaya muara memiliki kemampuan beradaptasi di berbagai habitat. Satwa ini tidak hanya ditemukan di sungai, tetapi juga sering berkeliaran di kawasan payau hingga lautan. Daya jelajahnya yang luas membuat keberadaan mereka kerap beririsan dengan aktivitas manusia.
Meski demikian, penyebab pasti kematian buaya raksasa di Sungai Tulis ini belum diketahui. Muriansyah menyebut ada banyak kemungkinan. “Bisa karena sakit, bisa juga akibat perkelahian antarsesama buaya, bahkan mungkin dibunuh manusia,” katanya.
Menurutnya, habitat Sungai Tulis memang menjadi salah satu wilayah alami buaya muara. Karena itu, masyarakat setempat diingatkan agar selalu berhati-hati saat beraktivitas di sekitar perairan.
Kasus penemuan bangkai buaya ini sekaligus menjadi pengingat bahwa populasi buaya muara masih ada di perairan Seruyan dan wilayah sekitarnya. Data BKSDA menunjukkan, sebagian besar insiden serangan buaya terhadap manusia di Kalimantan Tengah dilakukan oleh spesies ini.
“Di Kotim, hampir 95 persen kasus serangan buaya terhadap manusia dilakukan oleh buaya muara. Karena itu, kewaspadaan sangat penting,” tegas Muriansyah.
Fenomena perjumpaan manusia dengan buaya muara bukan hal baru di Kalimantan Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, BKSDA kerap menerima laporan penampakan hingga serangan buaya di Sungai Mentaya dan sungai-sungai lain yang bermuara ke laut.
Bangkai buaya sepanjang lima meter yang ditemukan ini memberi pesan kuat bahwa Sungai Tulis dan perairan sekitarnya tetap menjadi habitat predator puncak ekosistem. Meski kemunculannya kadang menakutkan, keberadaan buaya muara juga menandakan bahwa fungsi ekologis sungai masih terjaga.
Muriansyah menegaskan pentingnya kewaspadaan warga tanpa harus merusak keseimbangan alam. “Buaya muara adalah bagian dari ekosistem. Keberadaannya menunjukkan sungai masih sehat, tapi kita juga harus tetap berhati-hati,” ujarnya.
Ia juga meminta warga segera melaporkan kepada BKSDA apabila menemukan buaya yang berkeliaran di dekat permukiman. Koordinasi dengan aparat desa maupun komunitas pencinta reptil juga menjadi langkah penting untuk mengurangi potensi konflik antara manusia dan satwa.
Penemuan buaya mati di Sungai Tulis kali ini akhirnya menjadi pengingat bahwa manusia hidup berdampingan dengan predator besar. Kesadaran kolektif dan sikap waspada menjadi kunci agar konflik bisa diminimalisasi, sementara kelestarian satwa tetap terjaga. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan