Relokasi Tak Bisa, Pemerintah Pilih Ledakkan Hambatan Sungai Bahau

MALINAU – Upaya membuka kembali jalur vital Sungai Bahau di Kecamatan Pujungan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, terus dilakukan pemerintah bersama tim terpadu. Pada Kamis (02/10/2025), tahap lanjutan peledakan material batu hasil longsor kembali digelar.

Jeram besar di sungai tersebut terbentuk usai longsor besar yang terjadi pada 22 dan 23 Juli 2025. Puluhan ton material batu runtuh ke aliran sungai hingga membentuk hambatan yang menutup akses air. Kondisi itu membuat transportasi air yang merupakan jalur utama masyarakat pedalaman terhenti selama berbulan-bulan.

Sejak awal September, pemerintah daerah bersama TNI telah mengupayakan penanganan awal. Namun, pelaksanaan peledakan kerap tertunda karena situasi di lapangan yang sulit diprediksi. Fluktuasi debit air menjadi tantangan utama karena material longsoran hanya dapat diledakkan saat permukaan air benar-benar turun.

Bupati Malinau, Wempi W Mawa, menegaskan bahwa tim gabungan membawa peralatan tambahan untuk memastikan aksi peledakan lebih efektif. “Untuk peledakan hanya bisa dilakukan saat permukaan air turun. Kalau masih tinggi, lokasi material tidak terlihat,” ujarnya, Kamis (02/10/2025).

Menurut Wempi, pemerintah tidak menargetkan normalisasi penuh aliran sungai. Upaya utama adalah menciptakan jalur aman bagi transportasi warga. Hal ini mengingat ukuran batu yang menutup aliran sungai mencapai 20 ton dan kondisi medan curam yang membuat jalur darat belum bisa diandalkan. “Yang penting akses kembali terbuka, baik saat air kecil maupun besar,” tegasnya.

Untuk sementara, pemerintah bersama warga membuka pos darurat di sekitar jeram sebagai tempat singgah dan titik koordinasi. Pos tersebut menjadi bukti bahwa upaya penanganan bukan hanya soal teknis, tetapi juga menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat yang sangat bergantung pada transportasi sungai.

Wempi menyampaikan apresiasinya kepada jajaran TNI yang berperan besar dalam membantu proses peledakan. Ia berharap langkah kali ini benar-benar mempercepat pemulihan akses. “Kami berterima kasih atas dukungan seluruh pihak, terutama TNI. Akses sungai ini sangat penting bagi warga pedalaman, sehingga penanganannya menjadi prioritas,” pungkasnya.

Kehadiran jeram Sungai Bahau menjadi pengingat rentannya kawasan pedalaman Malinau terhadap bencana alam. Pemerintah menilai keberlanjutan transportasi air tidak hanya berdampak pada mobilitas warga, tetapi juga pada distribusi logistik, pendidikan, hingga layanan kesehatan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com