BANJARMASIN – Kecelakaan maut di Jalan Gubernur Soebardjo, Banjarmasin, Sabtu (04/10/2025) siang, kembali menyingkap wajah kelam lalu lintas di kota ini. Seorang perempuan pengendara motor tewas mengenaskan setelah terjatuh dan terlindas truk tangki yang melaju di belakangnya. Bukan sekadar tragedi biasa, insiden ini menjadi cermin betapa lemahnya pengawasan dan tanggung jawab atas keselamatan pengguna jalan, terutama kaum perempuan yang setiap hari menghadapi risiko maut di jalan raya.
Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.53 Wita di jalur menuju perempatan Pelabuhan Trisakti. Warga sekitar mendadak geger setelah mendengar suara benturan keras. Tak lama, tubuh korban sudah terbujur kaku di tengah jalan, ditutup kantong jenazah, sementara darah masih menetes dari ban truk yang menabraknya.
“Jalan licin mungkin, lalu terjatuh dia. Kemudian terlindas kepalanya oleh ban truk itu. Nah di sana lihat Pak ada darahnya di ban truk,” ujar seorang warga yang menyaksikan kejadian.
Sopir truk, alih-alih bertanggung jawab, justru dilaporkan melarikan diri. Tindakan pengecut itu menambah pilu peristiwa yang sudah cukup mengerikan. Di sisi lain, kondisi jalan di kawasan tersebut memang sering kali dikeluhkan warga karena minim rambu peringatan, banyak kendaraan berat melintas, dan permukaannya licin akibat tumpahan bahan bakar atau air.
Namun hingga kini, tak ada langkah tegas dari pihak berwenang untuk menata ulang jalur yang kerap memakan korban ini. Jalan utama yang semestinya aman bagi semua pengguna justru menjadi arena berbahaya akibat padatnya arus truk besar menuju pelabuhan.
Tragedi ini bukan yang pertama. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus serupa terus berulang, menunjukkan bahwa keselamatan pengguna jalan kecil masih jauh dari perhatian pemerintah dan aparat. Sementara warga hanya bisa pasrah di tengah ancaman maut yang setiap saat mengintai.
Sejumlah relawan yang tiba di lokasi berupaya mengevakuasi jenazah sambil menunggu petugas kepolisian. Lalu lintas sempat macet panjang karena warga berkerumun, sebagian merekam peristiwa itu dengan ponsel.
Ironisnya, nyawa kembali menjadi harga yang harus dibayar atas kelalaian sistemik dari sopir ugal-ugalan, minimnya pengawasan, hingga fasilitas jalan yang tak pernah benar-benar aman. Ketika perempuan pengendara itu tewas di jalan, yang seharusnya dipertanyakan bukan sekadar penyebab jatuhnya motor, melainkan mengapa kota ini terus membiarkan jalan raya menjadi kuburan terbuka bagi warganya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan