TANAH LAUT – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya menjadi upaya pemerintah dalam meningkatkan asupan gizi anak sekolah justru menuai sorotan. Pasalnya, ditemukan ulat dalam menu sayuran MBG di SDN 1 Telaga, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, pada 29 September 2025 lalu.
Temuan ini sempat menimbulkan kegaduhan di kalangan siswa dan orang tua. Kepala SDN 1 Telaga, Israwati, tak menampik kabar tersebut. Ia menyebut ulat yang ditemukan bukan dalam kondisi hidup. “Iya benar, setahu kami bukan ulat hidup. Itu ulat sudah mati yang biasanya ada pada sayur kacang panjang. Berarti itu kacang panjang kan baik ditanamnya gak pakai pestisida,” ucap Israwati, Minggu (05/10/2025).
Namun, kabar temuan itu cepat menyebar hingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua siswa. Beberapa bahkan dikabarkan memilih membawakan bekal sendiri kepada anaknya. Israwati membantah bahwa sebagian besar siswa membawa bekal akibat kejadian tersebut. “Itu kabar hoaks, jangan dipercaya. Yang ada cuma beberapa siswa dari kelas masing-masing saja yang bawa bekal sendiri,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sebagian anak memang tidak makan bukan karena takut, melainkan sudah kenyang atau tidak menyukai menu yang disajikan. “Anak-anak era sekarang cenderung kurang suka sayuran dan buah-buahan. Menu yang paling digemari yaitu ayam geprek, ayam kentucky, dan burger,” tambahnya.
Terkait ulat yang ditemukan, Israwati menegaskan pihak sekolah segera melakukan pemeriksaan. “Saya melihat sendiri. Itu ulatnya ada di kacang dan gak gerak atau mati. Tapi karena namanya anak-anak, mungkin geli lalu spontan teriak-teriak,” jelasnya.
Meski demikian, insiden ini membuat pihak sekolah memperketat pengawasan terhadap menu MBG. Ia mengaku telah memberikan arahan kepada guru agar lebih teliti memeriksa makanan sebelum dibagikan. “Mudahan adanya temuan kasus ulat ini, karyawan dan kawan-kawan lainnya bisa lebih teliti dalam mengolah masakannya,” tandasnya.
Israwati juga menambahkan, pihaknya kini menerapkan sistem piket bagi guru sebagai koordinator pelaksanaan MBG setiap harinya. “Biasanya kami makan bersama saat jam istirahat. Kami sediakan tempat duduk di halaman sekolah yang kebetulan ada pohon agak rindang,” ujarnya.
Kasus ini menjadi catatan penting bahwa program makan bergizi di sekolah tidak hanya membutuhkan niat baik, tetapi juga pengawasan yang lebih ketat agar benar-benar memenuhi standar kebersihan dan kualitas pangan. []
Admin04
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan