SUMATERA UTARA – Aksi bentrok antarormas kembali pecah di Kota Medan, Minggu (05/10/2025) sore. Kali ini terjadi di kawasan Jalan Garuda dan Jalan Trikora, Kecamatan Medan Denai. Polisi menyebut peristiwa ini bermula dari hal sepele: rombongan ormas menggeber kendaraan, lalu dibalas dengan lemparan batu. Namun, insiden yang tampak kecil itu berubah menjadi kericuhan besar yang menelanjangi rapuhnya keamanan publik dan lemahnya kontrol negara terhadap kelompok-kelompok bermassa di jalanan.
Kepala Polsek Medan Area, Kompol Dwi Himawan Chandra, mengatakan bentrokan berawal ketika rombongan Pemuda Pancasila (PP) melintas usai menghadiri pelantikan sekitar pukul 17.00 WIB. “Rombongan PP tersebut menggeber-geber kendaraan. Setibanya di persimpangan Jalan Trikora dan Garuda, mobil yang ada di rombongan PP terkena lemparan batu,” ujarnya di lokasi.
Bukan kali pertama hal seperti ini terjadi. Di Medan, aksi ormas yang memadati jalan dengan konvoi seringkali berujung provokasi, baik dari anggota ormas sendiri maupun warga yang geram terhadap ulah mereka. Begitu juga kali ini aksi saling ejek berubah jadi saling serang. “Sehingga terjadilah saling serang antara warga setempat dengan rombongan ormas tadi,” sambung Dwi.
Polisi yang menerima laporan langsung mengerahkan sekitar 100 personel dari Polrestabes Medan dan Brimob untuk menenangkan situasi. Aparat juga melibatkan tokoh masyarakat untuk meredam amarah dua kubu. “Info terakhir, ada dua warga yang terluka. Nah, ini lokasinya juga di pasar. Jadi beberapa lapak kena lemparan batu,” kata Dwi.
Namun, penyelidikan masih berlanjut. Polisi belum memastikan apakah bentrokan itu murni antarormas atau melibatkan warga setempat yang muak dengan ulah konvoi ormas. Di media sosial, video bentrok menampilkan pria berseragam ormas saling melempar batu dan petasan di tengah jalan, sementara warga hanya bisa menonton dari kejauhan.
Roni, warga sekitar, mengatakan bentrokan bermula dari lemparan batu terhadap salah satu rombongan. “Tadi kabarnya ada orang dari salah satu ormas yang dilempar batu pas lewat. Terus tak lama terjadi bentrok,” ujarnya.
Kejadian seperti ini bukan sekadar gangguan ketertiban. Ia menjadi cermin betapa kuatnya kultur kekerasan yang masih dibiarkan tumbuh di tubuh sebagian ormas. Negara tampak hanya bertindak ketika batu sudah beterbangan, bukan ketika benih provokasi muncul.
Di tengah situasi sosial yang rapuh, keberadaan ormas yang kerap memamerkan kekuatan massa di jalan justru menimbulkan ketakutan, bukan rasa aman. Ketika masyarakat terpaksa bersembunyi karena ketegangan antarormas, pertanyaannya sederhana: di mana fungsi negara yang seharusnya menjamin ketertiban, bukan sekadar memadamkan api setelah membesar? []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan