AMUNTAI – Penemuan jasad seorang perempuan mengapung di perairan Desa Samuda, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), kembali menyoroti lemahnya sistem keselamatan warga di daerah aliran sungai Kalimantan Selatan. Korban diketahui bernama Nurhasanah (32), warga Desa Hambuku Raya, Kecamatan Sungai Pandan, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), yang dilaporkan tenggelam sejak Jumat malam, 3 Oktober 2025.
Kepala BPBD HSU, Syamrani, membenarkan identitas korban setelah dilakukan pengecekan di lokasi. “Jasad korban langsung dibawa ke rumah duka di Desa Hambuku Raya untuk disemayamkan,” ujarnya Minggu, (05/10/2025).
Menurutnya, petugas BPBD bersama relawan segera menuju lokasi setelah menerima informasi dari warga mengenai temuan jasad perempuan berpakaian merah muda yang mengapung di sungai. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan laporan keluarga korban. “Saat dilakukan pengecekan langsung, benar jasad tersebut merupakan Nurhasanah,” tambahnya.
Jasad ditemukan dalam kondisi membengkak akibat lama terendam air. Setelah kepastian identitas didapat, tim relawan menghentikan pencarian yang sebelumnya telah dilakukan selama dua hari. Meski operasi pencarian dinyatakan selesai, muncul kritik terhadap lemahnya pengawasan keselamatan di sekitar bantaran sungai yang kerap memakan korban jiwa setiap tahun.
Daerah Sungai Pandan dan sekitarnya dikenal memiliki arus deras serta minim penerangan pada malam hari. Namun, hingga kini belum ada tindakan konkret dari pemerintah daerah untuk membangun pagar pengaman, rambu bahaya, atau sistem peringatan dini di kawasan rawan tenggelam.
Syamrani berterima kasih kepada para relawan yang turut membantu pencarian korban. “Relawan yang ikut membantu sekitar 200 orang, sebagian membawa peralatan sendiri. Dari BPBD HSU juga menyediakan dapur umum untuk relawan,” ujarnya.
Meski apresiasi disampaikan, publik menilai seharusnya BPBD dan pemerintah daerah tidak hanya reaktif setelah insiden terjadi, melainkan proaktif mencegah kecelakaan serupa. Upaya penyelamatan yang bergantung pada warga dan relawan tanpa dukungan sistem keselamatan terstruktur menunjukkan lemahnya mitigasi bencana di tingkat lokal.
Ironisnya, tragedi tenggelam di wilayah ini bukan pertama kali terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, laporan kehilangan warga di sungai kerap muncul, namun tanpa tindak lanjut serius. Kini, kematian Nurhasanah seolah menjadi pengingat pahit tentang pentingnya keselamatan publik di kawasan sungai yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat setempat. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan