Miras Murah, Nyawa Jadi Taruhan

TABALONG – Sebuah peristiwa penganiayaan di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, kembali menyoroti masalah klasik: pergaulan bebas bercampur alkohol yang berujung kekerasan. Kasus ini bukan hanya soal emosi sesaat, tetapi potret lemahnya kontrol sosial di masyarakat pedesaan yang makin tergerus oleh kebiasaan mabuk-mabukan tanpa pengawasan.

Kejadian berlangsung di Desa Muara Uya, RT 02, Kecamatan Muara Uya, Minggu dini hari, (05/10/2025). Seorang pria berinisial R (25), warga Desa Simpung Layung, menyerang temannya sendiri, MS (24), dengan benda tajam diduga pisau kecil. Akibat serangan itu, korban mengalami luka di bagian kepala.

Pemicunya terbilang sepele namun memalukan. Menurut keterangan polisi, pelaku tidak terima ditegur oleh korban setelah menggoda dua perempuan muda, SA (15) dan ZN (19), yang berada di sekitar lokasi. Teguran itu memicu amarah R yang kemudian mengambil pisau dari jok sepeda motornya dan menyerang tanpa pikir panjang.

Kapolres Tabalong AKBP Wahyu Ismoyo J melalui PS Kasi Humas Iptu Joko Sutrisno membenarkan insiden tersebut. “Sudah diamankan di Polres Tabalong untuk menjalani proses hukum lebih lanjut,” ujarnya Senin, (06/10/2025).

Kronologi yang diungkap polisi menunjukkan kedua pihak sebelumnya tengah nongkrong dan mengonsumsi minuman beralkohol. Kondisi ini menjadi faktor utama hilangnya kontrol diri yang berujung pada tindakan brutal. “Antara korban dan pelaku yang saat itu nongkrong dan mengonsumsi minuman beralkohol sempat terlibat cekcok,” kata Joko.

Setelah kejadian, petugas dari Polsek Muara Uya yang dipimpin Plh Kapolsek Iptu Sunaryo segera menuju lokasi untuk mengamankan situasi dan membawa korban ke Puskesmas Muara Uya. R berhasil diamankan tanpa perlawanan tak lama setelah laporan diterima.

Kasus ini seolah menegaskan bagaimana minuman keras kembali menjadi sumber kekerasan di daerah yang sebenarnya dikenal religius. Ironinya, meskipun kejadian seperti ini terus berulang, pengawasan terhadap peredaran alkohol di kawasan pedesaan nyaris tak tersentuh. Aparat sering kali hanya bertindak setelah darah tumpah, bukan sebelum pelaku kehilangan kendali.

Kritik pun mengemuka: mengapa miras masih begitu mudah didapatkan di wilayah seperti Muara Uya? Padahal, dampaknya sudah berulang kali menelan korban, baik karena kecelakaan maupun tindak kriminal. Masyarakat juga dinilai terlalu permisif terhadap perilaku mabuk di tempat umum.

Peristiwa di Tabalong ini mestinya menjadi momentum bagi aparat dan pemerintah daerah untuk menegakkan aturan dengan lebih tegas. Kekerasan akibat mabuk bukan sekadar masalah moral, tetapi ancaman serius bagi keamanan dan ketertiban masyarakat. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com