TARAKAN – Lagi-lagi, musibah kebakaran di RT 34 Kelurahan Sebengkok, Kota Tarakan, Minggu (05/10/2025) pagi, membuka borok lama soal lemahnya mitigasi dan penataan lingkungan di kawasan padat penduduk. Dua rumah hangus, satu petugas terluka, dan warga kembali jadi korban dari sistem yang gagal belajar dari peristiwa sebelumnya.
Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 07.35 WITA di belakang SMPN 5 Tarakan. Petugas pemadam menerima laporan dan tiba di lokasi sepuluh menit kemudian.
“Kami dapat informasi kebakarannya di belakang SMPN 5 Tarakan. Kami langsung ke lokasi dan tiba sekitar pukul 07.45 WITA,” ungkap Komandan Regu C Sektor Barat PMK Tarakan, Wijaya Kusuma.
Api baru benar-benar padam dan proses pendinginan tuntas sekitar pukul 08.45 WITA, setelah petugas berjibaku hampir satu jam. Namun di balik kerja keras tim pemadam, muncul pertanyaan besar: mengapa kebakaran di Tarakan masih sering terjadi dengan pola dan kendala yang sama?
Medan lokasi disebut menjadi penghambat utama. “Medan lokasi TKP turunan, jadi pemadaman butuh waktu. 45 menitan tadi pemadaman dan pendinginan 20 menit. Estimasi satu jam semua,” beber Wijaya.
Petugas PMK Sektor Tarakan Barat Regu C dibantu personel dari Mako Kampung Satu, PDAM, serta PLN, PGN, dan PMI. Dua unit mobil pemadam dan satu suplai air dikerahkan, namun petugas tetap kesulitan karena akses jalan sempit dan menanjak.
“Untuk selang kami membuat dua sambungan kemudian membuat tiga cabang di lokasi mengelilingi,” jelas Wijaya.
Sayangnya, kondisi semacam ini bukan pertama kali. Kawasan padat, gang sempit, dan rumah berhimpitan menjadi ciri khas banyak wilayah di Tarakan, tetapi nyaris tidak ada upaya serius memperbaikinya. Kebakaran terus berulang, sementara tindakan pemerintah lebih sering bersifat reaktif ketimbang preventif.
Ironisnya, satu petugas PMK justru ikut terluka saat bertugas memadamkan api.
“Saat amblas tadi lantainya, di bawah itu timbunan pasir. Petugas sedang ingin mencari titik api di lemari, saat buka kondisi amblas. Dan tangan petugas berusaha memegang dan menahan keseimbangan dan memegang pecahan tehel,” jelas pihak PMK.
Kondisi angin kencang turut memperparah penyebaran api. “Angin cukup kencang dari arah bawah ke sebelah kiri rumah pertama terbakar menyebabkan rumah selanjutnya ikut terbakar,” tambahnya.
Namun di luar faktor teknis, kejadian ini menegaskan minimnya langkah antisipasi kebakaran di permukiman padat. Hingga kini, tidak ada sistem peringatan dini, jalur evakuasi jelas, atau edukasi warga yang berkelanjutan. Setiap kebakaran berakhir dengan laporan heroik petugas damkar, tetapi tanpa perubahan nyata di lapangan.
Selama pemerintah hanya sibuk mengirim bantuan pascakebakaran tanpa membenahi akar masalah, maka Tarakan akan terus jadi langganan berita kebakarandengan cerita yang selalu sama: rumah terbakar, warga merugi, dan petugas terluka. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan