KUBU RAYA – Penemuan bayi laki-laki di kebun kelapa Desa Padang Tikar, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (01/10/2025), kembali menyoroti lemahnya perhatian sosial dan pengawasan pemerintah daerah terhadap perlindungan perempuan dan anak di wilayah terpencil. Bayi malang itu ditemukan menangis sendirian di tengah kebun sebelum akhirnya diselamatkan warga.
Kasat Reskrim Polres Kubu Raya, IPTU Nunut Rivaldo Simanjuntak, membenarkan laporan dari warga terkait penemuan bayi tersebut. “Dari informasi yang kami terima, tim Polres Kubu Raya dan Polsek Batu Ampar segera melakukan langkah penyelidikan lanjutan terkait penemuan bayi tersebut,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (06/10/2025).
Hasil penyelidikan sementara mengarah kepada perempuan berinisial AM (18) yang diduga sebagai ibu kandung sekaligus pelaku pembuangan bayi itu. Setelah enam jam perjalanan menggunakan motor air menuju Kecamatan Batu Ampar, polisi akhirnya mengamankan terduga pelaku pada Minggu (05/10/2025) untuk pemeriksaan lebih lanjut. “Untuk sementara, kasus ini masih dalam proses penyelidikan. Kami akan terus melakukan pendalaman agar kasus ini mendapat titik terang,” tambah IPTU Nunut.
Bayi laki-laki tersebut kini telah mendapat perawatan di salah satu rumah sakit di Rasau Jaya. Namun di balik kisah tragis ini, muncul pertanyaan besar: di mana peran pemerintah daerah dan DPRD Kubu Raya dalam memastikan adanya jaring pengaman sosial bagi perempuan muda di pelosok desa? Kasus serupa bukan kali pertama terjadi, menunjukkan kegagalan sistem perlindungan sosial yang seharusnya hadir sebelum tragedi seperti ini terjadi.
Minimnya edukasi kesehatan reproduksi, akses layanan sosial yang terbatas, dan stigma terhadap kehamilan di luar nikah menjadi kombinasi mematikan yang kerap memaksa perempuan muda mengambil jalan ekstrem. Pemerintah daerah seolah hanya hadir setelah kejadian, bukan mencegahnya.
DPRD Kubu Raya pun patut dikritik karena belum menunjukkan sikap tegas dalam mendorong kebijakan pencegahan kekerasan dan penelantaran anak. Kasus ini seharusnya menjadi alarm bagi seluruh pemangku kepentingan untuk tidak lagi menunggu tragedi berikutnya sebelum bertindak. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan