Api Padam, Kepedulian Hilang

NUNUKAN – Kebakaran yang melahap tiga rumah warga di Desa Pa Betung, Kecamatan Krayan Timur, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), Minggu (05/10/2025) malam, sekali lagi menyingkap lemahnya kesiapsiagaan penanggulangan bencana di wilayah perbatasan. Api yang mulai berkobar sekitar pukul 21.10 Wita itu dengan cepat menghabiskan tiga rumah warga yang berdiri berdempetan di kawasan permukiman padat.

Rumah milik Efendi Balang, Martinus Dawat, dan Marten Sigar rata dengan tanah. Ketiganya kehilangan tempat tinggal hanya dalam hitungan jam. Camat Krayan Timur Lianthoni membenarkan kejadian tersebut. Menurut hasil pemeriksaan di lapangan oleh pemerintah kecamatan bersama Polsek Krayan Timur dan BPBD Nunukan, sumber api diduga berasal dari dapur rumah salah satu korban.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan di lokasi, sumber api diduga berasal dari kompor gas di dapur. Karena rumah warga terbuat dari bahan kayu, api cepat menjalar ke rumah lainnya,” ujar Lianthoni, Senin (06/10/2025) sore.

Namun, di balik penjelasan teknis itu, tidak ada penjelasan mengapa di daerah yang rawan seperti Krayan Timur, masyarakat masih tinggal di rumah kayu tanpa sistem perlindungan kebakaran yang memadai. Tak ada armada pemadam, tak ada tangki air darurat, dan tak ada pelatihan masyarakat dalam menghadapi kebakaran.

Api pertama kali diketahui oleh saksi bernama Bill Clinton, tetangga korban, ketika keluar rumah menuju toilet. Melihat asap tebal dari dapur rumah Efendi Balang, ia berteriak meminta pertolongan warga.

“Melihat asap dan kobaran api, saksi langsung memanggil pemilik rumah dan membantu mengeluarkan penghuni dari dalam rumah, serta meminta bantuan warga sekitar,” ujar Lianthoni.

Warga kemudian berusaha memadamkan api dengan alat seadanya, tanpa dukungan tim pemadam profesional. Butuh waktu lebih dari dua jam, hingga sekitar pukul 23.30 Wita, api benar-benar dapat dipadamkan.

Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun 17 warga dari tiga kepala keluarga kehilangan tempat tinggal dan seluruh harta benda mereka. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah dengan rincian: Efendi Balang sekitar Rp500 juta, Martinus Dawat Rp2,5 juta, dan Marten Sigar Rp5,5 juta.

Seusai kejadian, aparat desa, kecamatan, dan BPBD Nunukan baru datang untuk melakukan pendataan serta membantu membersihkan puing-puing kebakaran. Tidak disebutkan adanya langkah cepat berupa bantuan logistik darurat atau tempat penampungan sementara bagi korban. “Saat ini situasi Kamtibmas di lokasi kejadian sudah kondusif. Aktivitas masyarakat kembali berjalan normal,” kata Lianthoni.

Pernyataan itu menutup laporan, namun meninggalkan pertanyaan: apa yang normal dari kehidupan warga yang baru kehilangan rumah?

Kebakaran di Krayan Timur bukan yang pertama, dan bisa jadi bukan yang terakhir. Selama penanganan bencana hanya sebatas pendataan pascakejadian, tanpa pencegahan dan kesiapan dini, warga di wilayah perbatasan seperti Nunukan akan terus menjadi korban dari kelalaian sistemik. Api boleh padam, tapi kelengahan pemerintah daerah terus menyala. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com