MOSKOW – Ketegangan antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat setelah Kyiv melancarkan serangan drone besar-besaran ke wilayah Rusia selama dua hari berturut-turut. Namun, alih-alih membawa kemenangan moral, serangan ini justru memperlihatkan bagaimana perang yang berkepanjangan telah berubah menjadi adu gengsi teknologi tanpa arah jelas.
Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah menembak jatuh sedikitnya 209 drone yang dikirim Ukraina sejak Selasa (07/10/2025) dini hari hingga pagi. Klaim ini datang sehari setelah serangan besar lainnya, yang menurut Moskow berhasil digagalkan. Namun, di balik statistik itu, yang tampak adalah situasi perang yang makin absurd dua negara yang sama-sama kelelahan, tapi terus mempertontonkan kekuatan destruktif.
Sebagian besar drone yang ditembak jatuh disebut berasal dari arah Kursk, Nizhny Novgorod, dan Belgorod, wilayah perbatasan Rusia. Gubernur Nizhny Novgorod, Gleb Nikitin, menyebut satu perusahaan industri lokal terkena imbasnya, meski tidak menimbulkan korban jiwa.
Sementara itu, pada hari sebelumnya, 251 drone Ukraina juga diluncurkan menuju wilayah Rusia, menewaskan dua orang di Belgorod dan menyebabkan ribuan warga kehilangan aliran listrik. “Seribu orang di empat area permukiman masih tanpa aliran listrik,” ujar Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, sembari mengklaim proses perbaikan terus dilakukan.
Kyiv menyebut rentetan serangan ini sebagai “respons sah” terhadap serangan harian Moskow terhadap kota-kota Ukraina. Namun, di balik narasi “pembalasan sah” ini, nyawa warga sipil dari kedua belah pihak terus menjadi taruhan. Sementara Rusia pun tak mau kalah, meluncurkan 154 serangan rudal dan drone ke wilayah Ukraina, dengan setengahnya berhasil dicegat.
Infrastruktur energi, minyak, dan transportasi kini menjadi sasaran utama kedua pihak tanda bahwa perang telah bergeser dari pertempuran militer menjadi serangan balas dendam yang menyerang kebutuhan dasar rakyat. Di wilayah Poltava dan Summy, Ukraina melaporkan ribuan orang kehilangan listrik akibat serangan balasan Rusia.
Hingga kini, Moskow masih menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi sejak 2014. Namun, tidak ada tanda-tanda gencatan senjata, hanya siklus kekerasan yang berulang.
Kedua belah pihak kini tampak lebih sibuk menghitung jumlah drone yang jatuh ketimbang mencari solusi politik. Bagi rakyat, tak ada kemenangan dari perang ini hanya langit yang terus bising, malam yang terus gelap, dan masa depan yang makin buram. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan