BANJARMASIN – Jalan Tatah Belayung di RT 47 Pemurus Dalam, Banjarmasin Selatan, Kalimantan Selatan, kini bukan lagi sekadar rusak tetapi seolah dibiarkan menjadi kubangan derita warga.
Keluhan masyarakat yang terus berulang akhirnya meledak di media sosial setelah kondisi jalan yang makin parah viral lewat unggahan akun Instagram @habarbjm pada Rabu (08/10/2025).
Aspal yang mengelupas, retak di sana-sini, hingga permukaan yang anjlok membentuk kubangan lumpur, menjadi pemandangan sehari-hari di jalan yang seharusnya menjadi akses vital warga. Ironisnya, kerusakan tersebut justru semakin parah setelah kerap dilalui kendaraan berat, seolah tanpa pengawasan dari pihak berwenang.
Dalam video yang beredar, tampak kendaraan roda dua dan empat harus berjalan perlahan, bahkan beberapa nyaris tergelincir karena kondisi jalan yang bergelombang dan licin. “Kondisi ruas Jalan Tatah Belayung di RT 47 Pemurus Dalam, Banjarmasin Selatan, kian memprihatinkan. Selain terkelupas, aspal di beberapa titik juga bergelombang sehingga membuat pengguna jalan mesti hati-hati saat melintas,” tulis unggahan tersebut.
Faktanya, kerusakan jalan ini bukan baru kemarin sore. Warga mengaku sudah lama mengadukan persoalan ini, namun belum juga ada perbaikan berarti. Setiap musim hujan datang, jalan berubah menjadi genangan luas; ketika kering, lubang-lubang besar mengancam keselamatan pengguna jalan.
Lebih ironis lagi, posisi jalan yang berdampingan langsung dengan sungai memperbesar risiko longsor. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin badan jalan bisa amblas dan menelan korban.
“Selain sering terendam pasang air, angkutan berat yang melintas juga diduga memperparah kondisi jalan tersebut,” tulis unggahan itu lagi.
Namun sampai kini, belum ada tanda-tanda tindakan cepat dari pemerintah daerah. Warga hanya bisa berharap dan menunggu sambil terus berhati-hati melewati jalur rusak yang setiap hari mereka lalui untuk bekerja, sekolah, dan beraktivitas.
Padahal, di tengah gencarnya promosi pembangunan dan janji perbaikan infrastruktur, Jalan Tatah Belayung seperti menjadi bukti bahwa pemerataan pembangunan masih sekadar slogan.
Jika setiap kerusakan harus viral lebih dulu baru mendapat perhatian, pertanyaannya: apakah keluhan rakyat kini harus menunggu trending agar didengar? []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan