Jalan Maut Rampas Mimpi Iqmal

SAMBAS – Kecelakaan maut di Jalan Raya Kartiasa, Kecamatan Sambas, Kalimantan Barat, kembali menelan korban jiwa. Pada Rabu (08/10/2025), seorang mahasiswa muda, Iqmal Robiatul (21), kehilangan nyawa di jalan yang seharusnya menjadi urat nadi ekonomi, bukan arena maut.

Korban, mahasiswa semester lima Program Studi Akuntansi Keuangan Perusahaan Politeknik Negeri Sambas (Poltesa), sekaligus penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, meninggal seketika setelah motor yang dikendarainya bertabrakan dengan truk pengangkut TBS sawit. Luka parah di bagian tubuh membuatnya tak sempat diselamatkan.

Tubuh Iqmal tergeletak di aspal pemandangan tragis yang kini terlalu sering terjadi di jalan raya Sambas. Namun di balik duka, muncul pertanyaan: sampai kapan jalan di daerah ini menjadi kuburan bagi generasi muda?

Minimnya pengawasan lalu lintas, kondisi jalan yang padat dengan truk-truk besar, dan lemahnya penegakan aturan keselamatan kerap menjadi bom waktu. Ironisnya, korban seperti Iqmal hanyalah satu dari sekian banyak nama yang hilang di jalanan tanpa pernah ada perubahan berarti.

Politeknik Negeri Sambas menyampaikan belasungkawa mendalam. “Keluarga besar Politeknik Negeri Sambas turut berduka cita atas wafatnya Iqmal Robiatul,” tulis akun resmi kampus. “Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.”

Ungkapan duka juga datang dari Forum Komunikasi Mahasiswa Bidikmisi (FKMB) Poltesa. “Kami turut berduka cita dengan penuh rasa empati yang mendalam,” ujar Karni, Ketua FKMB. “Almarhum adalah sosok yang baik, semoga diampuni segala dosa dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya.”

Direktur Poltesa, Dr. Yuliansyah, S.E., M.E., menyebut kematian Iqmal sebagai kehilangan besar bagi kampus. “Segenap pimpinan, dosen, staf, dan mahasiswa Poltesa merasa sangat kehilangan. Kehadiran almarhum selama di kampus telah memberikan kesan baik dan akan selalu dikenang,” ujarnya.

Ucapan belasungkawa memang penting, tetapi apakah cukup dengan itu?
Fakta bahwa korban merupakan mahasiswa berprestasi penerima beasiswa justru memperkuat kritik terhadap lemahnya keselamatan transportasi di kawasan pendidikan. Generasi yang berjuang lewat pendidikan justru gugur bukan karena gagal akademis, melainkan karena kegagalan negara menjaga keselamatan warganya di jalan.

Iqmal berasal dari keluarga sederhana di Dusun Semparuk Lorong, Desa Semparuk. Beasiswa KIP Kuliah menjadi simbol semangatnya untuk mengubah nasib. Namun semangat itu padam bukan karena kelelahan belajar, melainkan karena jalan raya yang tak aman bagi pengendara muda.

Kecelakaan seperti ini semestinya menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah dan aparat penegak hukum. Jalan bukan tempat mati sia-sia. Ketika nyawa mahasiswa berprestasi melayang di atas aspal, yang dipertaruhkan bukan hanya satu kehidupan melainkan masa depan sebuah bangsa yang seolah tak belajar dari tragedi sebelumnya. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com