SAMBAS – Kabupaten Sambas kembali berduka. Dalam satu hari yang sama, Rabu 8 Oktober 2025, dua nyawa muda melayang di jalan raya. Satu adalah Izan Saputra (26), satpam SMA Negeri 1 Sambas. Satu lagi, Iqmal Robiatul (21), mahasiswa Politeknik Negeri Sambas (Poltesa) penerima beasiswa KIP Kuliah. Keduanya masih meniti masa depan, namun maut datang di jalan yang seharusnya menjadi jalur hidup, bukan lintasan kematian.
Peristiwa pertama terjadi pagi hari. Warga Desa Tumuk Manggis, Kecamatan Sambas, dikejutkan oleh penemuan jasad Izan di parit depan Rumah Dinas Bupati Sambas. “Warga ramai sekali berkumpul, karena jasad korban ditemukan di parit luar pagar rumah dinas, bersama sepedanya,” ungkap Jaiz (53), saksi mata yang bekerja sebagai tukang parkir di sekitar lokasi.
Kapolres Sambas AKBP Wahyu Jati Wibowo melalui Kasi Humas AKP Sadoko Kasih membenarkan temuan itu. “Benar, pada hari Rabu tanggal (08/10/2025) sekira pukul 09.00 WIB Piket Fungsi Polres Sambas telah mendapat informasi dari piket jaga rumah dinas kediaman Bupati Sambas terkait penemuan jasad pria,” katanya.
Menurut keterangan pihak keluarga, korban sempat berpamitan untuk berangkat kerja seperti biasa. “Berpamitan untuk pergi bekerja, dengan menggunakan kendaraan sepeda miliknya seperti biasanya tanpa adanya tanda-tanda keluhan apapun,” ujar Pariani, bibi korban.
Diketahui, korban memiliki riwayat penyakit ayan yang sudah lama dideritanya. Namun, fakta bahwa kejadian itu terjadi tepat di depan Rumah Dinas Bupati menimbulkan pertanyaan publik: mengapa peristiwa seperti ini bisa luput dari pengawasan dan penanganan cepat aparat yang berada begitu dekat?
Sementara di tempat lain, Iqmal Robiatul, mahasiswa semester lima jurusan Akuntansi Keuangan Perusahaan Poltesa, tewas seketika dalam kecelakaan maut di Jalan Raya Kartiasa, Kecamatan Sambas. Motornya bertabrakan keras dengan truk pengangkut TBS sawit hingga terseret beberapa meter. “Tabrakannya sangat keras, motornya terseret jauh, sampai melewati masjid ini,” ujar seorang saksi mata yang enggan disebut namanya.
Pihak kampus Poltesa menyampaikan duka cita mendalam. “Keluarga besar Politeknik Negeri Sambas turut berduka cita atas wafatnya Iqmal Robiatul. Semoga amal dan ibadah beliau diterima oleh Allah SWT,” bunyi pernyataan resmi kampus. Ungkapan serupa datang dari Ketua FKMB Poltesa, Karni, yang mengatakan, “Kami turut berduka cita, dengan penuh rasa duka dan empati yang mendalam.”
Namun, di balik semua ucapan belasungkawa, muncul ironi yang menyakitkan: dua anak muda dengan latar berbeda, sama-sama meninggal di jalan dalam waktu bersamaan.
Satu karena terjatuh di depan rumah pejabat, satu lagi karena ditabrak truk di jalan umum. Kedua-duanya menyoroti persoalan yang lebih besar: rendahnya kepedulian terhadap keselamatan publik di Sambas.
Bagaimana mungkin di tengah pusat kota dan di depan rumah dinas bupati terjadi insiden fatal tanpa ada sistem tanggap darurat yang cepat? Dan sampai kapan mahasiswa berprestasi seperti Iqmal harus kehilangan nyawa karena lalu lintas yang dibiarkan semrawut dan minim pengawasan kendaraan berat?
Dua peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan. Ini adalah cermin buram dari lemahnya tata kelola keselamatan publik di daerah. Kematian Izan dan Iqmal seharusnya tidak berhenti di karangan bunga dan ucapan belasungkawa di media sosial. Pemerintah daerah, aparat, dan masyarakat semestinya bertanya: berapa lagi nyawa muda yang harus melayang sebelum ada perubahan nyata di jalan Sambas? []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan