TANJUNG SELOR — Sebuah mobil Daihatsu Terios abu-abu dengan nomor polisi KU 1450 AC terjun bebas ke parit di kawasan Hutan Kota Bundayati, Jalan Sengkawit, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, Rabu (08/10/2025) siang. Namun di balik kecelakaan tunggal ini, terselip potret klasik tentang lemahnya pengawasan dan keselamatan jalan di ibu kota provinsi yang terus tumbuh tanpa perencanaan matang.
Kecelakaan terjadi sekitar pukul 12.30 WITA. Mobil yang dikemudikan AS (52), warga Jalan Diponegoro, Tanjung Selor, dilaporkan terperosok ke parit dalam posisi miring. Proses evakuasi harus menggunakan alat berat karena posisi mobil sulit dijangkau.
Kecelakaan ini kembali menambah daftar panjang insiden lalu lintas di ruas-ruas jalan utama Tanjung Selor yang sejatinya sudah sering dikeluhkan warga karena minim rambu dan pembatas jalan yang memadai.
Kasi Humas Polresta Bulungan, Iptu Magdalena, menjelaskan, kecelakaan bermula ketika pengemudi melaju dari arah Tugu Lemlai Suri menuju Tugu Cinta Damai. “Dari keterangan, dugaan sementara pengemudi mengalami microsleep (tidur sementara) akibat mengantuk,” ujarnya. Kondisi jalan yang menikung ke kiri membuat kendaraan keluar jalur, menabrak pohon, lalu terguling ke parit.
Beruntung, AS hanya mengalami luka ringan dan syok. Namun, mobil mengalami kerusakan cukup parah di bagian depan. Pihak kepolisian pun mengimbau masyarakat untuk tidak memaksakan diri berkendara dalam keadaan lelah. “Pengendara sebaiknya beristirahat jika merasa lelah atau mengantuk, karena microsleep bisa terjadi dalam hitungan detik dan sangat berbahaya,” tegas Magdalena.
Namun, imbauan seperti ini seolah menjadi lagu lama setiap kali kecelakaan terjadi. Pemerintah dan kepolisian terkesan hanya aktif setelah peristiwa berlangsung, bukan sebelum.
Fakta bahwa mobil bisa langsung masuk ke parit tanpa pembatas jalan atau pagar pengaman menjadi bukti nyata lemahnya standar keselamatan di ruas tersebut. Tak ada road barrier, marka jalan pun sering memudar, dan penerangan di banyak titik minim.
Jika benar pengemudi mengantuk, maka kondisi lingkungan jalan yang tidak aman menjadi faktor fatal yang memperparah dampak kecelakaan. Dengan lalu lintas yang terus meningkat di wilayah perkotaan seperti Tanjung Selor, keselamatan publik seharusnya tidak hanya diserahkan pada kewaspadaan individu.
Ironisnya, insiden semacam ini nyaris tak pernah diikuti evaluasi menyeluruh. Tidak ada audit keselamatan jalan, tidak ada penataan ulang jalur rawan kecelakaan. Yang ada hanya laporan singkat dan peringatan moral.
Kecelakaan ini seharusnya menjadi alarm keras bagi Pemkab Bulungan dan aparat kepolisian untuk memperlakukan keselamatan jalan sebagai prioritas utama, bukan sekadar urusan pasca-evakuasi. Karena dalam banyak kasus, bukan hanya pengemudi yang “tertidur”, tapi juga sistem pengawasan dan tanggung jawab publik yang ikut terlelap. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan