Razia Tiap Pekan, Tapi Lapas Tetap Bocor

TANAH BUMBU – Dini hari yang seharusnya tenang di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Batulicin justru berubah menjadi ajang pembuktian “komitmen” Zero Halinar (Handphone, Pungli, dan Narkoba). Bersama Polres Tanahbumbu, petugas menggelar razia insidentil di tiga blok utama hunian warga binaan. Hasilnya, puluhan benda berbahaya kembali ditemukan menandakan bahwa kata zero masih jauh dari kenyataan.

Barang-barang hasil razia pada Sabtu dini hari (11/10/2025) itu menunjukkan kreativitas dan keberanian penghuni dalam menyiasati pengawasan. Petugas menemukan silet, kawat, pinset, gunting, bola timah, besi, paku, dan sendok stainless semuanya berpotensi menimbulkan gangguan keamanan. Temuan ini langsung disita dan didata untuk kemudian dimusnahkan.

Namun, pertanyaannya: mengapa benda-benda berbahaya itu bisa berada di dalam sel yang seharusnya steril? Apakah pemeriksaan rutin tidak berjalan? Atau justru ada celah pengawasan yang dibiarkan terbuka?

Kepala Subseksi Keamanan dan Ketertiban, Tarsah, memimpin langsung razia yang berfokus di Blok B, C, dan D. Ia menegaskan kegiatan tersebut bertujuan mencegah peredaran barang terlarang serta memastikan keamanan lapas. Sementara itu, Kepala Lapas Batulicin, Arifin Akhmad, menuturkan bahwa operasi ini merupakan bentuk sinergi dengan aparat penegak hukum dan akan terus dilakukan secara berkelanjutan.

“Kami terus memperkuat sinergi dengan aparat penegak hukum dan berkomitmen menjaga keamanan serta ketertiban di dalam Lapas,” ujar Arifin Akhmad pada Sabtu (11/10/2025).

Meski demikian, publik tak bisa menutup mata terhadap ironi yang muncul. Jika razia seperti ini terus menemukan benda berbahaya setiap kali digelar, bukankah itu berarti sistem keamanan di Lapas Batulicin masih bocor? Komitmen Zero Halinar tampak gagah di atas kertas, namun lemahnya pengawasan harian membuat jargon itu kehilangan makna.

Lapas yang semestinya menjadi tempat pembinaan justru sering kali menjadi cermin buram penegakan disiplin. Keberhasilan razia tak hanya harus diukur dari jumlah barang yang disita, melainkan dari kemampuan mencegahnya agar tidak pernah lagi masuk. Tanpa itu, razia dini hari hanya akan menjadi rutinitas seremonial yang menutupi kegagalan sistemik di balik jeruji. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com