Kayu Hanyut Dibiarkan, Penumpang Jadi Taruhan

TANA TIDUNG – Sungai Sesayap di Kabupaten Tana Tidung kembali menjadi sorotan. Aliran sungai yang menjadi nadi transportasi masyarakat Kalimantan Utara itu kini dipenuhi limbah kayu hanyut dan batang besar yang membahayakan keselamatan pelayaran. Namun, ironisnya, kondisi ini terus berulang tanpa penanganan serius dari pemerintah maupun lembaga berwenang.

Bagi warga, situasi ini bukan sekadar keluhan, melainkan ancaman nyata. Salah satu penumpang speedboat, Erna, menuturkan ketakutannya saat menumpang dari Pelabuhan Keramat Tideng Pale menuju Tarakan pada Sabtu (11/10/2025).

“Kita takut juga kalau tiba-tiba kena kayu besar, karena kan bisa saja nabrak atau nyangkut di baling-baling speedboat,” ujarnya.

Meski khawatir, Erna tetap harus menempuh jalur air karena tak ada alternatif transportasi darat. Ketakutannya makin beralasan setelah insiden Senin (22/09/2025), ketika speedboat Malinau Express 8 menabrak batang kayu di perairan Sesayap dan nyaris menelan korban.

“Baru-baru ini kan ada speedboat yang kecelakaan karena kena kayu di sungai, itu bikin saya tambah takut apalagi kalau arus deras, kayu itu bisa datang tiba-tiba,” tambahnya.

Kecelakaan bukan kali pertama. Warga pun berharap agar Sungai Sesayap tidak hanya dibersihkan “sekali dalam setahun”, melainkan dijaga rutin agar tak lagi menjadi “kuburan terapung” bagi batang kayu dari hulu ke hilir.

Namun, hingga kini, tindakan nyata pemerintah nyaris tak terlihat. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tana Tidung, Mashuri, mengakui keterbatasan pihaknya dalam menangani limbah kayu di sungai.

“Kalau di darat asal ada alat pasti kami kerjakan, tapi kalau posisinya di air kami agak susah. Pasti butuh alat berat, apalagi kalau kayu yang nancap di dasar sungai itu biasanya besar,” jelasnya.

Ia juga menyebut tanggung jawab utama seharusnya berada pada Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan V, bukan pemerintah kabupaten. “Padahal kewenangan kami tidak sampai ke sana, kami boleh bersihkan tempat kami tapi untuk memerintah kabupaten lain kan tidak mungkin. BWS yang lebih berwenang di situ,” tegasnya.

Mashuri menuturkan, tahun sebelumnya DLH Tana Tidung bersama sejumlah perusahaan sempat melakukan kerja bakti membersihkan sungai di Kecamatan Sesayap Hilir. Namun hasilnya tak seberapa. Arus deras, risiko tinggi, dan volume limbah yang terus datang membuat upaya itu sia-sia.

“Tahun kemarin sempat kita kerja bakti bersihkan Sungai Sesayap di Kecamatan Sesayap Hilir dengan melibatkan perusahaan. Tapi ternyata itu pun kami tidak sanggup,” ungkapnya.

DLH kini berencana kembali menyurati BWS agar ada tindakan nyata. “Untuk mencegah kecelakaan transportasi air kembali terjadi, kami akan surati lagi BWS agar segera ada tindak lanjutnya,” kata Mashuri.

Sungai Sesayap yang melintasi Tana Tidung, Malinau, dan Nunukan menjadi urat nadi bagi ribuan warga. Tapi tanpa kesigapan pemerintah, sungai ini justru menjadi ancaman yang mengintai setiap perahu dan penumpang yang melintas. Setiap batang kayu yang hanyut adalah simbol dari kelalaian pengawasan dan lemahnya koordinasi antarinstansi.

Jika tak segera ditangani, kecelakaan seperti pada 22 September 2025 bukan hanya akan terulang  tapi bisa berujung tragis. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com