KUBAR – Ketua Presidium Dewan Adat (PDA) Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Yurang, menekankan pentingnya kemitraan dengan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kubar untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya lokal.
Pernyataan ini disampaikannya pada Musyawarah Kabupaten (Muskab) IPSI yang berlangsung di Gedung Olahraga (GOR) Desnan Sendawar, Barong Tongkok, Sabtu (11/10/2025). Dalam forum tersebut, Doltianus terpilih sebagai Ketua IPSI Kubar Periode 2025-2027.
Yurang mengapresiasi keberhasilan Muskab IPSI Kubar. Menurutnya, kesolidan sembilan perguruan pencak silat yang tergabung dalam IPSI Kubar menjadi kunci agar mereka dapat bersatu dan saling mendukung.
“Saya berharap ketua terpilih dapat berkomitmen untuk membangun organisasi yang solid dan terbuka. Dalam kepemimpinannya, kita berharap dapat merangkul seluruh perguruan pencak silat yang ada di Kubar,” ujarnya.
Yurang menekankan bahwa pencak silat bukan sekadar olahraga atau seni beladiri, tetapi juga bagian dari warisan budaya bangsa yang mengandung nilai spiritual dan sosial.
Ia berharap IPSI Kubar bisa menjalin kerja sama nyata dengan PDA dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, hingga pengamanan masyarakat adat. “Kita bisa berkolaborasi, menjadi mitra Presidium Dewan Adat ke depannya. Karena saya yakin pencak silat ini bukan hanya ajang bela diri, tapi bisa jadi bagian dari pelestarian nilai-nilai adat dan budaya masyarakat,” tambah Yurang.
Selain itu, Yurang menyinggung sejarah berdirinya PDA Kubar yang terbentuk sejak Juli 2000, bersamaan dengan berdirinya Kabupaten Kutai Barat. PDA awalnya dipimpin oleh tokoh-tokoh adat seperti F. Munti dan Yustinus Dullah. Meski sempat vakum karena dinamika pemerintahan daerah, lembaga ini kembali aktif pada 2016, dan pada 2025 Yurang ditunjuk sebagai ketua.
“Presidium Dewan Adat ini bukan hanya mengakomodir masyarakat Dayak Tunjung-Benuaq, tapi semua etnis dan suku yang ada di Kutai Barat. Prinsip kami bukan memaksakan adat tertentu, melainkan menghargai semua adat dan budaya yang hidup dan ingin berkembang di daerah ini,” tuturnya.
Pernyataan Yurang menegaskan bahwa pelestarian budaya di Kutai Barat tidak bisa hanya bergantung pada satu pihak, melainkan membutuhkan sinergi antara lembaga adat, organisasi olahraga, dan masyarakat luas. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan