HULU SUNGAI SELATAN – Warga Desa Bayanan, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan, digegerkan oleh peristiwa tak biasa. Seorang anak laki-laki di bawah umur diduga melakukan percobaan pembakaran di area pertokoan Pasar Senin Nagara pada Kamis (09/10/2025) malam.
Kasus ini bukan sekadar soal api yang hampir melalap deretan toko, tetapi juga peringatan keras tentang rapuhnya pengawasan terhadap anak di tengah masyarakat. Aksi nekat ini menimbulkan pertanyaan besar: di mana peran keluarga, lingkungan, dan sistem pengawasan sosial yang seharusnya menjaga generasi muda dari tindakan berbahaya semacam ini?
Kapolres HSS, AKBP Muhammad Yakin Rusdi, melalui Kasi Humas AKP Purwadi, pada Senin (13/10/2025) menjelaskan bahwa dari hasil penyelidikan, petugas berhasil mengidentifikasi pelaku berinisial MR, seorang anak di bawah umur. MR diamankan pada 11 Oktober 2025 dan dibawa ke Polsek Daha Selatan dengan didampingi ayahnya serta kepala desa.
“Dari hasil interogasi MR mengakui ia memang berada di lokasi dan melakukan percobaan pembakaran terhadap dua buah toko,” ungkap AKP Purwadi.
Penanganan lebih lanjut kini dilakukan oleh Satreskrim Polres HSS melalui Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Kronologi kejadian terbilang mencemaskan. Sekitar pukul 19.00 Wita, saksi pertama yang bertugas sebagai penjaga malam di area pertokoan meninggalkan pos jaga untuk membeli makan. Saat kembali dua jam kemudian, ia mendapati seorang warga bernama Nanun yang melihat seorang anak laki-laki memasuki area toko yang pintunya terbuka.
Curiga, saksi mendekati dan menemukan MR di dalam area pertokoan. Ketika ditanya tujuannya, MR berdalih hendak menjenguk nenek, namun kemudian terdiam saat terus ditanya. Kecurigaan pun menguat. Saat saksi meninggalkan MR sejenak untuk memeriksa sekitar, tampak asap mengepul dari salah satu toko.
Api segera dipadamkan dengan alat seadanya. Namun belum lama berselang, asap kembali muncul dari lokasi lain. Sementara MR menghilang tanpa jejak. Api berhasil dikuasai oleh warga dan relawan BPK Daha yang datang membantu.
Meski api tak sempat membesar, insiden ini cukup mengguncang warga sekitar. Tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana seorang anak bisa sampai pada tindakan ekstrem membakar toko di area publik.
Fenomena ini membuka ironi sosial: anak-anak yang seharusnya belajar dan bermain justru terlibat dalam aksi yang berpotensi membahayakan nyawa banyak orang. Di balik wajah polos usia muda, tersimpan gejala sosial yang menuntut perhatian serius dari keluarga, sekolah, dan aparat.
Polisi memang cepat bertindak, namun akar persoalan tetap belum tersentuh. Ketika anak-anak mulai mengenal api bukan untuk bermain lilin, melainkan membakar toko, maka ada yang salah dalam cara masyarakat membimbing generasi penerusnya. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan