TANJUNG SELOR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan gencar memperkuat konektivitas antarwilayah, mulai dari pembangunan jalan dan jembatan hingga perluasan layanan internet satelit melalui kerja sama dengan Starlink. Namun, di tengah angka peningkatan infrastruktur yang signifikan, muncul pertanyaan: apakah upaya ini benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di pelosok atau hanya menjadi catatan statistik pembangunan?
Bupati Bulungan Syarwani menegaskan, pembangunan infrastruktur menjadi fokus penting untuk mewujudkan pemerataan pembangunan. “Kami terus berupaya memperkuat konektivitas antardaerah melalui pembangunan jalan, jembatan, serta pemerataan layanan digital hingga ke pelosok desa,” ujar Syarwani, Selasa (14/10/2025).
Berdasarkan data Pemkab Bulungan, panjang total jalan meningkat dari 951,8 kilometer pada 2020 menjadi 1.072,3 kilometer pada 2024. Jumlah jembatan juga naik dari 143 unit menjadi 158 unit. Kondisi jalan rusak berat menurun dari 429 kilometer menjadi 353 kilometer, sementara jalan baik meningkat dari 214 kilometer menjadi 310 kilometer.
“Pada tahun 2025, kita juga akan menambah lagi 56 kilometer jalan mantap untuk memperlancar akses transportasi dan distribusi hasil pertanian masyarakat,” tambah Bupati.
Meski begitu, beberapa warga mempertanyakan efektivitas program ini. Banyak desa yang masih menghadapi jalan tanah berbatu, akses transportasi publik yang terbatas, dan jaringan internet yang tidak stabil, terutama saat musim hujan. Apakah pembangunan ini benar-benar menjangkau seluruh masyarakat atau lebih banyak dinikmati oleh wilayah strategis dan pusat kota?
Selain fisik, Pemkab Bulungan juga mengembangkan layanan digital berbasis internet satelit dengan Starlink, mendukung konsep “Desa Pintar, Desa Digital.” “Tahun ini, sebanyak 28 perangkat Starlink telah diaktifkan untuk memperkuat akses internet di kawasan perdesaan, puskesmas, dan sekolah-sekolah,” ungkap Syarwani.
Wakil Bupati Bulungan, Kilat Bilung, menambahkan, akses transportasi publik juga diperluas dengan penambahan rute Damri ke beberapa desa. “Langkah ini bertujuan untuk memberikan akses transportasi yang mudah, murah, dan merata bagi seluruh masyarakat Bulungan,” jelasnya.
Namun kritik muncul karena realitas di lapangan menunjukkan masih banyak warga yang kesulitan mengakses fasilitas tersebut. Infrastruktur digital belum menjangkau seluruh desa, dan transportasi publik terbatas jam operasional serta frekuensinya.
Pembangunan konektivitas fisik dan digital memang menjadi bagian dari visi pemerintah untuk mewujudkan Bulungan yang berdaulat, maju, dan berkelanjutan. “Pembangunan tidak boleh hanya terpusat di kota, tapi harus menjangkau seluruh wilayah, agar masyarakat di pelosok pun dapat merasakan manfaat pembangunan yang merata,” imbuh Syarwani.
Pertanyaan yang tersisa: apakah visi besar ini bisa terwujud tanpa evaluasi nyata dan monitoring terhadap dampak langsung bagi warga, atau sekadar menjadi laporan keberhasilan pembangunan yang menawan di atas kertas? []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan