WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menimbulkan kontroversi dengan pernyataannya soal konflik di Jalur Gaza. Dalam wawancara via telepon dengan CNN, Rabu (15/10/2025), Trump menyatakan akan mempertimbangkan izin bagi Israel untuk melanjutkan operasi militer di Gaza jika Hamas gagal memenuhi ketentuan kesepakatan gencatan senjata.
“Jika Israel bisa masuk dan menghajar mereka habis-habisan, mereka akan melakukannya,” ujar Trump, menambahkan bahwa dirinya “harus menahan” langkah militer Israel, merujuk pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran soal potensi eskalasi militer di wilayah yang sudah rapuh secara kemanusiaan.
Kritikus menyoroti ambiguitas pernyataan Trump. Ia tidak menjelaskan batasan tindakan yang akan diambil, sehingga menimbulkan ketidakpastian bagi pihak internasional. “Apa yang terjadi dengan Hamas itu akan segera diselesaikan,” kata Trump, tanpa merinci mekanisme diplomatik yang konkret.
Pernyataan Trump datang di tengah implementasi gencatan senjata yang berlaku sejak Jumat (10/10/2025). Menurut kesepakatan, Hamas harus menyerahkan 48 sandera kepada Israel, terdiri atas 20 sandera yang masih hidup dan 28 jenazah. Hamas telah menyerahkan semua sandera hidup pada Senin (13/10/2025) melalui Komite Palang Merah Internasional (ICRC), sementara Israel membebaskan 1.968 tahanan Palestina sebagai imbalan.
Namun, dari 28 jenazah sandera yang tersisa, Hamas baru menyerahkan sembilan jenazah. Satu jenazah bahkan dipastikan bukan sandera. Keterlambatan ini memicu peringatan dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, yang menegaskan Israel akan melanjutkan pertempuran jika Hamas tidak menghormati kesepakatan.
Pernyataan Trump dan ancaman Israel menimbulkan kritik dari komunitas internasional, karena berpotensi memperburuk situasi kemanusiaan di Gaza dan menimbulkan korban sipil baru. Para pengamat menilai sikap ini mencerminkan tekanan politik domestik Trump yang dicampur dengan kepentingan strategis AS di Timur Tengah, alih-alih solusi damai jangka panjang.
Hingga kini, belum ada pernyataan lanjutan dari Hamas mengenai kepatuhan penuh terhadap kesepakatan gencatan senjata. Situasi tetap tegang, dengan risiko militer yang bisa kembali meningkat di Jalur Gaza. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan