KOTAWARINGIN TIMUR – Sebuah kapal tongkang pengangkut bauksit kembali menjadi sorotan setelah menabrak tiga lanting milik warga di Sungai Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Video detik-detik kecelakaan itu viral di media sosial, memunculkan pertanyaan tentang lemahnya pengawasan keselamatan pelayaran di sungai-sungai tambang.
Insiden yang terjadi di Dusun Teluk Tewah, Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, pada Selasa (14/10/2025) sore itu menambah daftar panjang kecelakaan kapal pengangkut bahan tambang di wilayah Kalteng.
Kepala Desa Luwuk Bunter, Kurnainnoor, membenarkan kejadian tersebut. Ia menjelaskan bahwa kapal tongkang kehilangan kendali setelah mesin tugboat penggeraknya mati. “Kayaknya dari mesin tugboat itu ada mengalami trouble, jadi mesinnya mati. Karena mati itu, tongkangnya tidak bisa dikendalikan, sehingga menabrak lanting di daerah Dusun Teluk Tewah,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Akibatnya, tiga lanting warga rusak parah. Meski tak menelan korban jiwa, kerusakan menimbulkan keresahan warga yang menggantungkan hidup di bantaran sungai.
“Kemarin kami cek, ada tiga lanting yang memang kena,” kata Kurnainnoor.
Pihak perusahaan pemilik tongkang dikabarkan langsung datang ke lokasi satu jam setelah kejadian. Pemeriksaan dilakukan bersama petugas pemantau alur pelayaran, dan dilakukan musyawarah ganti rugi. “Langsung dimusyawarahkan, diadakan ganti rugi sesuai kesepakatan dengan pihak perusahaan,” tambahnya.
Namun, di balik “penyelesaian cepat” itu, masyarakat menilai tanggung jawab perusahaan sering berhenti di ganti rugi, tanpa perbaikan sistem keselamatan transportasi sungai. Perbaikan material boleh selesai dalam sehari, tapi rasa aman warga tak serta-merta kembali. “Jadi orang sana juga yang punya lanting yang memperbaiki, sekalian diberikan upah langsung,” jelasnya.
Kurnainnoor menyebutkan, insiden semacam ini baru kali pertama terjadi di Teluk Tewah, meski ia mengakui kasus serupa pernah menimpa warga di wilayah lain.
“Kalau di daerah Sungai Muntaya, tempat kejadian itu, baru kali ini terjadi. Biasanya jarang, karena sungainya lebar. Ini murni karena mesin tongkang mengalami gangguan,” katanya.
Namun faktanya, kecelakaan tongkang di sungai-sungai Kalteng bukan hal asing. Dalam beberapa bulan terakhir, peristiwa serupa sudah beberapa kali terjadi, bahkan menimbulkan korban jiwa. Sayangnya, tak ada pengetatan aturan ataupun peningkatan pengawasan yang signifikan dari instansi terkait.
Kurnainnoor menegaskan bahwa perusahaan selama ini selalu kooperatif.
“Selama ini kalau ada kejadian seperti itu, pihak perusahaan langsung datang dan mengganti kerusakan. Jadi tidak pernah ada masalah,” pungkasnya.
Tetapi, “tidak pernah ada masalah” tampaknya hanya berlaku bagi perusahaan. Bagi warga bantaran sungai, setiap tongkang besar yang melintas adalah ancaman baru. Dan selama pelayaran sungai masih dibiarkan berjalan tanpa pengawasan ketat, tabrakan seperti ini hanya soal waktu untuk terulang kembali. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan