MALINAU – Di tengah ketatnya pengawasan perbatasan, penyelundupan minuman keras dari Malaysia ke Kalimantan Utara kembali terjadi. Kali ini, ratusan botol miras lolos hingga ke jalur perlintasan darat Long Nawang, sebelum berhasil digagalkan oleh Satgas Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI–Malaysia Yonarmed 4/Parahyangan.
Kasus ini membuka kembali pertanyaan klasik: seberapa efektif pengawasan di garis batas, bila penyelundupan miras masih berulang saban bulan?
Lettu Arm I Gede Wira Pratama, personel Pos Long Nawang, menyebutkan penangkapan bermula dari kecurigaan terhadap sebuah mobil Hilux hitam bernomor polisi Malaysia QPC 4902, yang melintas di Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau, pada Selasa (14/10/2025) sore.
“Peristiwa itu bermula sekitar pukul 16.30 Wita, ketika tim jaga mencurigai satu unit mobil Hilux hitam bernomor polisi Malaysia QPC 4902. Mobil hitam itu membawa tumpukan sembako, pengemudinya warga negara Malaysia,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).
Saat diperiksa, tumpukan sembako tersebut ternyata menyembunyikan 167 botol minuman keras dari berbagai merek, mulai dari Royol, Langkau Borneo, hingga Langkau Kitai. Barang bukti langsung diamankan bersama kendaraan pelaku di Pos Long Nawang.
Meski keberhasilan ini patut diapresiasi, fakta bahwa miras ilegal dapat menembus perbatasan tetap menjadi alarm bagi aparat. Jalur tikus di kawasan Malinau dan Krayan selama ini dikenal menjadi rute favorit penyelundup dari bahan bakar, hasil bumi, hingga minuman keras. “Setelah dibongkar, kami temukan puluhan kardus berisi minuman keras dengan total 167 botol,” kata I Gede.
Dansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonarmed 4/Parahyangan, Letkol Arm Januar Idrus, memberi apresiasi terhadap prajuritnya dan menegaskan akan memperketat pengawasan di jalur rawan penyelundupan.
“Kegiatan ini akan terus kami lakukan demi menciptakan situasi perbatasan yang aman, tertib, dan kondusif, serta mencegah barang ilegal merusak stabilitas di wilayah Indonesia,” ujarnya.
Namun di sisi lain, publik menilai upaya Satgas di lapangan masih bersifat reaktif, bukan preventif. Kejadian serupa sudah berulang kali terjadi dengan pola nyaris sama pengawasan ketat hanya dilakukan setelah kasus mencuat ke media.
Tanpa sinergi nyata antara aparat, bea cukai, dan pemerintah daerah, perbatasan tampak seperti pagar tinggi yang bolong di banyak sisi. Para penyelundup hanya menunggu waktu, mencari celah yang belum dijaga.
Jika pengawasan tidak disertai langkah menyeluruh, seperti pemberdayaan ekonomi warga perbatasan, kasus serupa hanya akan terus berulang miras digagalkan hari ini, muncul lagi esok. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan