KOTAWARINGIN TIMUR – Kemunculan buaya di sekitar permukiman warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bukan sekadar fenomena alam. Menurut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, perilaku masyarakat di bantaran sungai justru menjadi faktor utama yang memancing predator itu mendekat ke kawasan hunian.
Komandan BKSDA Resort Sampit, Muriansyah, menjelaskan ada tiga penyebab utama yang membuat buaya keluar dari habitatnya dan memasuki wilayah tempat tinggal manusia.
“Kenapa buaya mendatangi perairan pemukiman. Ini kan ada tiga hal yang kami temukan, yakni pemeliharaan ternak di tepi dan di atas sungai, pembuangan bangkai binatang ke sungai, dan pembuangan sampah rumah tangga ke sungai,” ujarnya, Sabtu (18/10/2025).
Menurutnya, kebiasaan warga tersebut membuat buaya tertarik karena adanya sumber makanan atau bau dari sisa organik yang dibuang ke sungai. Dampaknya, hewan yang biasanya hidup di muara atau hulu sungai mulai berani mendekat ke kawasan yang ramai aktivitas manusia.
“Selama tiga poin tadi masih dilakukan warga, buaya akan selalu datang. Dan berakibat konflik dengan manusia,” tegas Muriansyah.
Meski BKSDA kini lebih fokus pada pendekatan persuasif melalui sosialisasi, ancaman nyata tetap ada. “Edukasi ini kami lakukan agar masyarakat paham bahwa kebiasaan mereka sendiri bisa memicu datangnya buaya. Kalau perilaku itu bisa diubah, kemunculan buaya di sekitar rumah juga bisa berkurang,” jelasnya.
Namun, beberapa pengamat menilai pendekatan edukasi saja belum cukup. Risiko serangan buaya tidak bisa ditangani hanya melalui himbauan, melainkan memerlukan pengawasan ketat, regulasi lokal yang tegas, dan penerapan sanksi bagi warga yang masih membuang sampah dan bangkai ke sungai. Tanpa itu, konflik manusia-satwa liar berpotensi meningkat dan menimbulkan korban.
Muriansyah menekankan pentingnya kesadaran kolektif warga. Ia berharap masyarakat menyadari sungai harus kembali menjadi habitat alami satwa liar, bukan sumber ancaman bagi manusia. “Kalau perilaku itu bisa diubah, kemunculan buaya di sekitar rumah juga bisa berkurang,” pungkasnya.
Berita ini mengingatkan bahwa perlindungan satwa liar tidak hanya tanggung jawab BKSDA, tetapi juga masyarakat. Konflik yang berulang menegaskan bahwa kesalahan manusia dari kebiasaan membuang sampah hingga pengelolaan ternak merupakan faktor utama yang harus segera diperbaiki. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan