Asap terlihat keluar dari lahan gambut yang terbakar di Jalan Tjilik Riwut Km 10, Patuk Katimpun, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (29/9/2019).

Kalteng Membara! Cuaca Ekstrem Picu Karhutla

PALANGKA RAYA – Gelombang panas ekstrem kembali dirasakan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Tengah. Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara di sejumlah daerah tercatat mencapai 36 derajat Celsius pada siang hari, membuat masyarakat mengeluhkan hawa panas yang menyengat. Kondisi ini bukan hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan yang meluas.

Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, menegaskan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap situasi cuaca tersebut. “Ya, saya imbau masyarakat agar lebih berhati-hati, terutama jangan membuang puntung rokok sembarangan,” ujarnya saat ditemui wartawan, pada minggu (19/10/2025).

Agustiar juga mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas pembakaran dalam bentuk apa pun, baik untuk membuka lahan maupun membuang sampah. “Hindari juga membakar lahan, karena kondisi panas seperti sekarang bisa mudah memicu kebakaran,” tegasnya.

Selain bahaya kebakaran, Gubernur menyoroti dampak kesehatan yang mengancam warga, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan saat suhu mencapai puncaknya. “Bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan, juga sebaiknya waspada dan menjaga kesehatan,” katanya.

Data dari Sistem Pemantauan Karhutla (SiPongi) dan Posko Krisis Karhutla Kalimantan Tengah mencatat, sejak 1 Januari hingga 15 Oktober 2025, terdapat 7.769 titik panas (hotspot) dengan 761 kejadian kebakaran, dan total luasan lahan terbakar mencapai 1.758,36 hektare.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPB-PK Kalteng, Alpius Patanan, menjelaskan bahwa puncak kebakaran terjadi selama musim kemarau, terutama pada bulan September. “Jumlah hotspot tertinggi tercatat pada bulan September, yaitu sebanyak 3.305 titik dengan 204 kejadian kebakaran,” ujarnya, Kamis (16/10/2025).

Namun, menurutnya, perluasan area terdampak terbesar justru terjadi pada bulan Agustus, yakni 686,72 hektare. “Artinya, intensitas kebakaran bisa lebih tinggi meski jumlah hotspot tidak selalu yang paling banyak,” tambah Alpius.

Dari sisi wilayah, Kabupaten Katingan mencatat titik panas terbanyak dengan 1.445 titik, disusul Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau. Sementara itu, Palangka Raya menjadi daerah dengan jumlah kejadian kebakaran terbanyak, yakni 224 peristiwa, sedangkan Kapuas mencatat luasan terbakar terbesar mencapai 457,11 hektare.

“Jadi kalau dilihat, pola karhutla di Kalteng tahun ini lebih menyebar. Tidak hanya di lahan gambut, tetapi juga di lahan kering yang mudah terbakar,” ujarnya lagi.

Secara nasional, Kalimantan Tengah menyumbang sekitar 0,59 persen dari total luas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 2025 yang mencapai 296.858,87 hektare. Dengan persentase tersebut, Kalteng menempati peringkat ke-20 nasional untuk kategori luas wilayah terdampak karhutla.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah terus mengimbau masyarakat agar meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan serta memperhatikan kondisi cuaca. Warga diharapkan tidak hanya berhati-hati terhadap api, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh di tengah suhu panas ekstrem yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com