NUNUKAN – Pemerintah Kabupaten Nunukan kembali meluncurkan program Subsidi Ongkos Angkut (SOA) barang tujuan Dataran Tinggi Krayan, Selasa (21/10). Program yang digadang-gadang untuk menekan harga kebutuhan pokok ini seolah menjadi “ritual tahunan” menjelang Hari Besar Keagamaan (HBK), tanpa banyak evaluasi terhadap efektivitas dan ketepatan sasarannya.
Bupati Nunukan Irwan Sabri menyampaikan apresiasi kepada Dinas Koperasi, UMK, Perdagangan dan Perindustrian (DKUMKPP) atas kembalinya program tersebut. “Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dataran tinggi Krayan jelang Hari Besar Keagamaan (HBK). Tentunya ketersediaan dan keterjangkauan harga menjadi diperhatikan,” ucap H. Irwan Sabri.
Pernyataan itu terdengar baik, namun di lapangan, masyarakat Krayan sudah lama mengeluhkan ketergantungan mereka pada program subsidi semacam ini. Harga sembako memang bisa turun sesaat, tapi setelah program berakhir, harga kembali melonjak. Masalah mendasarnya bukan hanya soal biaya angkut, melainkan ketergantungan pada jalur udara tanpa adanya solusi transportasi darat jangka panjang.
Hadirnya SOA barang via udara, menurut pemerintah, bertujuan menekan harga agar masyarakat di pedalaman bisa menikmati harga yang sama dengan di perkotaan.
“Masyarakat yang ada di wilayah pedalaman dapat merasakan sembako dengan harga yang sama di wilayah perkotaan. Karena tujuan SOA barang agar harga ditekan karena biaya ongkos angkut disubsidi,” jelasnya.
Namun, kebijakan ini sekaligus menunjukkan ironi pembangunan: daerah yang berjarak hanya ratusan kilometer dari pusat kabupaten, tetapi masih bergantung pada pesawat kecil untuk mendapatkan beras dan minyak goreng. Setiap kali anggaran SOA turun, masyarakat baru bisa bernapas lega, sementara tanpa itu, harga barang melambung dua hingga tiga kali lipat.
Pengawas Perdagangan Ahli Muda DKUKMPP Nunukan, Abdul Rahman, menjelaskan bahwa SOA Barang 2025 melayani tiga rute dengan total 26 penerbangan, yakni Nunukan–Long Bawan, Nunukan–Long Midang, dan Nunukan–Binuang. “Untuk total barang sebanyak 27.600 kg. Dengan rincian Long Midang dan Binuang masing-masing 3.000 kg. Kemudian, 21.600 kg menuju Long Bawan diperuntukkan untuk tiga kecamatan yakni Kecamatan Krayan, Krayan Barat dan Timur,” rinci Rahman.
Ia optimistis pengiriman yang berlangsung hingga 22 Desember 2025 akan mampu memenuhi kebutuhan warga jelang Natal dan Tahun Baru. “Pengiriman itu sampai 22 Desember 2025. Artinya sudah memenuhi kebutuhan masyarakat jelang Natal dan Tahun Baru 2026 karena ada program Jembatan udara juga dari Pemerintah Pusat,” pungkasnya.
Meski demikian, banyak pihak menilai program SOA hanyalah solusi sementara yang tak menyentuh akar masalah. Selama Krayan tetap terisolasi dan akses jalan darat belum layak, subsidi ongkos angkut hanya akan menjadi tambalan tahunan yang menguras anggaran.
Alih-alih berbangga dengan program subsidi, Pemkab Nunukan seharusnya menyoroti mengapa daerah perbatasan seperti Krayan masih bergantung pada “jembatan udara” untuk kebutuhan dasar. Ketika daerah lain bicara digitalisasi ekonomi, masyarakat Krayan masih menunggu pesawat kargo demi bisa membeli gula dan minyak dengan harga terjangkau. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan