KOTAWARINGIN TIMUR — Penangkapan perempuan berinisial M (34), warga Baamang Hilir, Kecamatan Baamang, kembali membuka ironi tentang lemahnya pengawasan terhadap peredaran narkoba di tingkat akar rumput. M, seorang orang tua tunggal, ditangkap aparat Satresnarkoba Polres Kotawaringin Timur (Kotim) pada 14 Oktober lalu di rumahnya, Jalan Mandomai No. 25. Dari tangan M, polisi menemukan 13 paket sabu seberat total 4,39 gram.
Kasus ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah daerah dan aparat setempat, mengingat wilayah pemukiman seperti Baamang Hilir kini menjadi titik rawan transaksi narkoba. Laporan masyarakat yang memicu penggerebekan ini menunjukkan bahwa warga telah lama resah, tetapi penegakan hukum baru bergerak setelah aktivitas mencurigakan berlangsung berulang kali.
Kasat Narkoba Polres Kotim, AKP Suherman, membenarkan penangkapan tersebut.
“Pelaku diamankan berdasarkan laporan masyarakat bahwa ia kerap melakukan transaksi narkotika di daerah itu. Setelah kami lakukan penyelidikan, terbukti ada barang bukti sabu di rumahnya,” ujar Suherman, Selasa (21/10/2025).
Namun, muncul pertanyaan: mengapa laporan masyarakat baru ditindak setelah lama beredar? Kasus ini menguatkan dugaan bahwa aparat kerap bertindak reaktif, bukan preventif dalam menangani penyebaran narkoba.
Saat penggeledahan, sabu ditemukan di saku celana kanan pelaku. Polisi juga menyita satu dompet kecil, sedotan, telepon genggam, dan uang tunai Rp1 juta yang diduga hasil transaksi. “Pelaku dan seluruh barang bukti sudah kami amankan di Mapolres Kotim untuk pemeriksaan lebih lanjut,” jelas Suherman.
M dijerat dengan Pasal 114 ayat (1) atau Pasal 112 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Namun ironinya, meski penegakan hukum dilakukan, kasus seperti ini terus berulang. Para pengguna kecil dan pengedar kelas bawah seperti M menjadi sasaran hukum, sementara jaringan besar di atasnya kerap luput dari pemberantasan serius.
Kritik pun menguat: kebijakan penegakan hukum narkotika di daerah sering kali hanya menyentuh permukaan, menindak individu lemah tanpa menyentuh akar masalah kemiskinan, tekanan ekonomi, dan lemahnya sistem pengawasan sosial. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan