PAUD Rusak oleh Kepsek Bejat!

SULAWESI BARAT — Dunia pendidikan kembali diguncang skandal. Seorang Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berinisial M, ditangkap polisi karena dugaan mencabuli empat muridnya. Kasus yang seharusnya tak pernah terjadi di ruang pendidikan ini kembali membuka borok sistem pengawasan sekolah di Indonesia.

Kasat Reskrim Polres Polman AKP Budi Adi, kepada wartawan Selasa (21/10/2025), mengatakan, “Pelaku sudah kami amankan dan langsung ditahan dugaan tindak pidana pencabulan anak di bawah umur.” Kasus ini mencuat setelah salah satu orang tua korban melapor ke kepolisian pada Kamis (07/08/2025). Dugaan tindakan bejat itu disebut-sebut telah berlangsung sejak tahun 2024 di salah satu gedung sekolah.

Namun, dalam pemeriksaan, M justru membantah tuduhan itu. “Dia menyangkali perbuatannya, (tapi) kami memiliki cukup bukti,” tegas Budi. Pelaku kini menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Polman.

Menurut Budi, jumlah korban dalam dugaan pencabulan tersebut mencapai empat anak, dan pelaku dijerat dengan Pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. “Pelaku terancam hukuman pidana selama 15 tahun penjara,” pungkasnya.

Kasus ini kembali menjadi cermin kelam dunia pendidikan Indonesia. Sosok yang seharusnya menjadi panutan moral justru berubah menjadi ancaman di dalam kelas. Ironisnya, praktik kekerasan seksual di lembaga pendidikan seperti ini bukanlah kasus tunggal ia berulang tanpa perbaikan sistemik dari pemerintah maupun pengelola sekolah.

Yang paling menyedihkan, kejahatan ini terjadi di tingkat PAUD, tempat anak-anak baru belajar mengenal dunia dan menumbuhkan rasa percaya terhadap guru. Kejadian di Polman memperlihatkan betapa longgarnya pengawasan dan lemahnya standar integritas dalam rekrutmen tenaga pendidik, khususnya di wilayah terpencil.

Pemerintah kerap menggaungkan “pendidikan karakter”, namun gagal memastikan karakter para pendidik itu sendiri. Tanpa pengawasan moral dan psikologis yang ketat, sekolah justru bisa berubah menjadi tempat predator mencari mangsa.

Masyarakat pun berharap kasus ini tak berhenti di meja penyidikan. Dunia pendidikan membutuhkan pembenahan serius agar tidak terus-menerus melahirkan pemberitaan muram seperti yang terjadi pada Selasa (21/10/2025) ini hari ketika kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan kembali tercabik. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com