Natuna Siaga! Warga vs Latihan Militer

KEPULAUAN RIAU — Ketegangan terasa di Desa Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Bukan karena konflik antarmasyarakat, melainkan karena warga harus berhenti melaut akibat latihan militer besar-besaran yang digelar Yonkomposit I/Gardapati. Kekhawatiran muncul bukan tanpa alasan nelayan takut terkena peluru nyasar di tengah aktivitas latihan yang menggunakan senjata berat, termasuk rudal Starstreak dan Multiple Launch Rocket System (MLRS) Astros II MK 6.

Kepala Desa Kelarik, Rausman, mengonfirmasi bahwa warga diimbau libur melaut selama dua hari, terhitung sejak Selasa (21/10/2025). “Nelayan kita besok bakalan libur ke laut, orang takut juga lah, takut salah sasaran juga. Tapi itu tergantung pribadi juga lah, yang jelas kita sudah sering imbau jangan sampai ke laut, kita tidak tahu peluru itu meleset entah ke mana,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (21/10/2025).

Namun yang menjadi sorotan, ketakutan masyarakat sipil muncul bukan karena konflik bersenjata antarnegara, melainkan akibat latihan militer dari aparat sendiri. Ironis, warga yang seharusnya merasa aman justru harus berlindung di rumah dan menghentikan mata pencaharian mereka.

Tak hanya nelayan, aktivitas pendidikan pun lumpuh. Sejumlah sekolah mulai dari TK, PAUD, SD, SMP, MTS hingga SMA di Bunguran Utara resmi diliburkan pada Rabu (22/10). Hal itu berdasarkan surat edaran Dinas Pendidikan Kabupaten Natuna, sebagai langkah antisipasi keselamatan anak-anak di wilayah terdampak.

“SD ada tiga, kemudian ada TK, PAUD, SMA, SMP, MTS, ada suratnya dari Dinas Pendidikan Kabupaten Natuna khusus Bunguran Utara,” jelas Rausman.

Data mencatat, di Desa Kelarik terdapat 126 Kepala Keluarga (KK) dengan 398 jiwa, termasuk satu ibu hamil dan dua lansia. Pihak Yonkomposit I/Gardapati bahkan telah meminta data warga tersebut untuk proses evakuasi. Namun, warga masih bingung karena belum jelas bentuk dan lokasi evakuasi itu. “Kemarin pun dia orang sudah minta data untuk evakuasi katanya. Evakuasi macam mana kita tidak tahu juga,” ujar Rausman.

Dalam imbauan kepada warga, otoritas meminta masyarakat tetap berada di dalam rumah apabila tidak memiliki keperluan mendesak. Aktivitas di kebun atau area terbuka dilarang selama latihan berlangsung. Sementara itu, lansia, ibu hamil, anak-anak, dan warga yang sedang sakit diminta untuk sementara waktu berpindah ke tempat yang lebih aman.

Wilayah yang terdampak latihan meliputi Desa Air Lengit, Desa Sebadai Ulu, Desa Kelarik, Desa Batubi, Desa Buton, serta kawasan sekitar Pulau Bunga, Kabupaten Natuna.

Di sisi lain, Kapendam I/BB Letkol Inf Faizal Rangkuti menegaskan bahwa latihan tersebut adalah latihan rutin tahunan TNI AD, bukan bentuk ancaman bagi warga. “Latihan ini sudah pernah dilaksanakan di Natuna sebelumnya, terakhir pada tahun 2016 untuk latihan antar kecabangan dan 2017 untuk Latgab PPRC TNI,” katanya, Selasa (21/10/2025).

Menurut Faizal, latihan ini melibatkan 968 personel dan dilakukan bertahap. Latihan disebut sebagai bentuk kesiapan tempur TNI AD untuk menjaga kedaulatan NKRI, khususnya di kawasan strategis Natuna.

Namun, di tengah narasi kesiapsiagaan pertahanan, publik justru menilai minimnya koordinasi dan mitigasi terhadap warga sipil. Bagaimana bisa pelatihan yang sudah terjadwal jauh-jauh hari tidak diiringi dengan jaminan keselamatan dan sosialisasi yang memadai?

“Imbauan ini semata-mata untuk menjaga keselamatan masyarakat di sekitar daerah latihan,” ujar Faizal. Tapi pernyataan itu terasa kontradiktif dengan fakta di lapangan nelayan tak berani melaut, anak-anak diliburkan, dan warga harus bersembunyi di rumah.

Ironis, latihan yang dimaksudkan untuk melindungi kedaulatan malah menimbulkan rasa tidak aman di tengah rakyat sendiri. Natuna seakan berubah menjadi zona latihan ketakutan, bukan ketahanan. []

Admin03

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com