KATINGAN — Penemuan mayat pria dengan kondisi mengenaskan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Meratus, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, Minggu (19/10/2025), kembali menyoroti lemahnya sistem keamanan dan pengawasan di wilayah tambang rakyat. Korban diketahui bernama NK (30), warga setempat yang selama ini bekerja sebagai penambang emas. Ironisnya, peristiwa ini terjadi di tengah maraknya aktivitas tambang ilegal yang kerap luput dari pantauan aparat dan pemerintah daerah.
Kematian NK bukan sekadar insiden tragis, tetapi juga cermin buram dari situasi sosial ekonomi di daerah kaya sumber daya alam namun miskin pengawasan. Mayatnya ditemukan mengapung dengan kondisi leher nyaris putus, menimbulkan tanda tanya besar: apakah ini pembunuhan, kecelakaan kerja, atau dampak konflik di antara para penambang?
Kasat Reskrim Polres Mendawai, Iptu Gusti Muhammad Rifa Abadi, membenarkan penemuan tersebut. “Benar bahwa telah ditemukan mayat di DAS Meratus Mendawai. Memang ada luka di lehernya,” ujarnya, Selasa (21/10/2025). Pernyataan itu mengindikasikan ada unsur kekerasan, namun penyelidikan masih berjalan tanpa kesimpulan pasti.
Dari keterangan keluarga, korban sempat mengalami muntah darah pada Sabtu (18/10/2025) sekitar pukul 23.30 WIB sebelum menghilang. “Korban sebelumnya menghilang dari rumah sekitar Sabtu malam, kemudian dicari oleh keluarga hingga ditemukan besoknya hari Minggu sekitar jam 14.20 WIB,” jelas Gusti, mengutip keterangan S, keponakan korban. Di sekitar lokasi, polisi menemukan kaus hitam berlumur darah dan pisau dapur di bawah bantal korban temuan yang seharusnya menjadi petunjuk kuat dalam mengungkap motif sebenarnya.
Namun, di balik penanganan kasus ini, muncul pertanyaan: mengapa begitu banyak kasus kematian misterius di kawasan tambang tanpa kejelasan hukum? Banyak pekerja tambang rakyat di Katingan bekerja tanpa perlindungan keselamatan, apalagi jaminan hukum. Pemerintah daerah seolah abai, sementara penegakan hukum baru bergerak setelah tragedi terjadi.
“Untuk prosesnya telah kami lakukan autopsi dan sedang dilakukan penyelidikan lebih lanjut,” pungkas Gusti. Tetapi, publik menuntut lebih dari sekadar penyelidikan mereka ingin jawaban.
Kasus NK menambah daftar panjang insiden di sektor pertambangan rakyat yang seakan tak kunjung diatur dengan tegas. Selama tambang rakyat dibiarkan berjalan tanpa sistem perlindungan, maka tragedi semacam ini hanya akan menjadi berita berulang dengan korban baru dan penyelidikan yang tak pernah tuntas. []
Admin03
Berita Borneo Terlengkap se-Kalimantan